logo loading

Green Opinion

Warga Tewas Diserang Harimau, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Dua warga tewas dan satu lainnya dalam perawatan setelah diserang harimau Sumatra. Warga yang marah mengamuk dan membakar Kantor Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung.

 Selasa, 12 Maret 2024

Ilustrasi. Dua warga tewas dan satu lainnya dalam perawatan setelah diserang harimau Sumatra di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung. (PEXELS/Engin Akyurt).


Buruk muka, cermin dibelah. Pepatah ini agaknya tepat menggambarkan amarah warga Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Kabupaten Lampung Barat, yang membakar Kantor Balai Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA) Resor Suoh Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Kemarahan warga merupakan buntut dari sejumlah warga yang diserang harimau Sumatra.

Dikabarkan satu warga selamat dan saat ini masih dalam perawatan. Sebelumnya, dua warga tewas diserang harimau Sumatra.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada dua warga yang menjadi korban dalam insiden ini, sebetulnya kasus satwa liar menyerang manusia bukan cerita baru. Belum lama ini, kawanan gajah liar di Desa Ulok Mukti, Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, merusak rumah dan kebun milik warga.

Kepala Desa Ulok Mukti A Hibson, Desember 2023 lalu, menyebut gajah liar terpantau sebanyak 18 ekor merusak rumah, kebun sawit, kebun pisang, dan kebun pinang. Total kerugian yang dialami warga diperkirakan mencapai Rp 1 miliar.

Konflik satwa liar dengan manusia, faktanya kerap terjadi. Tak hanya di Lampung, tapi juga di Aceh, Sumatra, hingga Kalimantan. Namun, konflik manusia vs manusia karena satwa liar? Rasa-rasanya, saya baru mendengarnya.

Dalam konteks insiden ini, warga geram dan tidak puas dengan kerja Kantor TNBBS yang belum menangkap harimau tersebut. Meski, Kantor TNBBS pada akhir Februari lalu memasang kandang jebakan, tetapi hingga kini harimau masih berkeliaran bebas.

Mengutip situs Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), TNBBS berperan melaksanakan program konservasi.

TNBBS memiliki biodiversitas tinggi yang menjadi sorotan mata dunia. TNBBS juga termasuk dalam situs warisan dunia hutan hujan tropis Sumatra. Taman seluas 355 ribu hektare (Ha) ini menjadi rumah bagi sedikitnya 514 jenis pohon, 98 jenis tumbuhan, 126 jenis anggrek, 26 jenis rotan, dan 15 jenis bambu.

Untuk fauna, TNBBS merupakan satu dari tiga taman nasional di Sumatra yang menjadi prioritas tertinggi untuk unit konservasi harimau. Setidaknya ada 122 jenis mamalia, termasuk tujuh jenis primata, 450 jenis burung, 12 jenis reptil-amphibi, dan 53 jenis ikan hidup di taman yang terletak di perbatasan Lampung dan Bengkulu tersebut.

Lalu, apa artinya? Menangkap satu harimau yang mengancam nyawa warga adalah satu dari sekian ‘pekerjaan rumah’ TNBBS dalam menjaga satu-satunya taman dengan ekosistem hutan dataran rendah terbesar pada hutan hujan tropis di Asia Tenggara.

Pun demikian, si harimau ‘nakal’ tetap harus ditangkap. Harimau ‘nakal’ ini juga harus masuk unit konservasi untuk diteliti perilakunya dan dijauhkan dari pemukiman warga, sehingga tak ada lagi nyawa melayang sia-sia.

Namun, sebelum menyematkan sikap ‘nakal’ pada harimau Sumatra tersebut, alangkah bijaknya kita sebagai manusia untuk berkaca. Apakah habitat mereka terancam hingga seekor harimau memangsa manusia? Jangan lupa, harimau juga memiliki hak menghuni bumi, rumah bagi seluruh makhluk hidup.

Sebagai manusia yang berakal dan berbudi, bukankah sebaiknya kita menjaga dan menjadi pelindung harimau Sumatra yang populasinya terus menurun dan terancam punah.

Data terakhir, tersisa sekitar 600 ekor harimau Sumatra di hutan dataran rendah, lahan gambut, dan hutan hujan pegunungan di seluruh pulau, yang sebagian besar kawasan tersebut sudah mengalami pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

Angka tersebut belum diperbarui, termasuk memperhitungkan kematian lima harimau yang mati di Medan Zoo akibat salah urus beberapa waktu lalu.

Kontras sekali bukan dengan nasib harimau Sumatra di kebun binatang di Amerika Serikat (AS) yang melahirkan dua ekor bayi yang menggemaskan?

Padahal, harimau Sumatra adalah hewan endemik asli dari Pulau Sumatra. Sekarang, giliran kita memutuskan, haruskah mereka punah di tanah asalnya atau kita bertindak menjadi pelindung mereka di habitatnya?


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Dessy Rosalina

Komentar


Lagi ngetren, pernah dengar istilah green jobs?

1-31 Desember 2024