logo loading

Green News

Pesawat Take Off dari Singapura Akan Diwajibkan Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

 Selasa, 20 Februari 2024

Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) berencana menerapkan retribusi untuk pembelian SAF guna memberikan kepastian biaya kepada maskapai penerbangan dan pelancong. Foto: Pexels/Ahmed Muntasir


Singapura. Singapura berencana mewajibkan semua penerbangan yang berangkat dari negaranya untuk menggunakan sustainable aviation fuel atau bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) mulai tahun 2026. Rencana itu sejalan dengan keputusan Singapura bergabung dengan upaya industri penerbangan global untuk beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Menurut pemberitaan Reuters, Senin (19/2), Menteri Transportasi Singapura Chee Hong Tat menyampaikan rencana strategis negaranya selama perhelatan Changi Aviation Summit pada malam Singapore Airshow. Singapura menargetkan SAF sebesar 1% pada tahun 2026 dan berencana meningkatkannya menjadi 3%-5% pada tahun 2030 tergantung perkembangan global serta ketersediaan maupun adopsi SAF yang lebih luas.

“Penggunaan SAF merupakan jalur penting untuk dekarbonisasi penerbangan dan diharapkan dapat berkontribusi sekitar 65% pengurangan emisi karbon yang diperlukan untuk mencapai net zero pada tahun 2050,” kata Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) dalam pernyataan tertulis. CAAS mengembangkan rencana tersebut setelah berkonsultasi dengan para pelaku industri dan pemangku kepentingan lain.

SAF dapat dibuat melalui proses sintetik atau dari bahan biologis seperti minyak goreng bekas atau serpihan kayu. Saat ini, SAF menyumbang 0,2% terhadap pasar bahan bakar jet.

Industri penerbangan mengatakan angka kontribusi SAF itu akan meningkat menjadi 65% pada tahun 2050 sebagai bagian dari rencana untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun tersebut. Meskipun, realisasinya memerlukan belanja modal sekitar US$ 1,45 triliun hingga US$ 3,2 triliun.

Namun produsen SAF mengeluh karena kurang yakin apakah bahan bakar yang mereka produksi akan dibeli sedangkan maskapai penerbangan mengatakan tidak ada cukup pasokan dengan harga yang tepat. Sejauh ini, harga SAF lima kali lebih mahal dibandingkan dengan bahan bakar jet tradisional.

Oleh karenanya CAAS berencana menerapkan retribusi untuk pembelian SAF guna memberikan kepastian biaya kepada maskapai penerbangan dan pelancong. Retribusi akan ditetapkan dalam jumlah tetap berdasarkan target SAF dan proyeksi harga SAF pada saat itu dengan besaran bervariasi berdasarkan faktor-faktor seperti jarak perjalanan dan kelas perjalanan. 

Misalkan saja retribusi untuk mendukung peningkatan SAF sebesar 1% pada tahun 2026 dapat meningkatkan harga tiket untuk penumpang kelas ekonomi pada penerbangan langsung dari Singapura ke Bangkok, Tokyo dan London dengan perkiraan jumlah masing-masing sekitar S$ 3 (US$ 2,23), S$ 6 dan S$16. CAAS menambahkan jika penumpang di kelas premium akan membayar retribusi yang lebih tinggi.


Komentar

Terpopuler