Green News
Orang Kaya Dunia Investasi untuk Selamatkan Satwa Liar Afrika
Rabu, 07 Februari 2024
Pengusaha dan investor Jerman Marlon Braumann mendirikan yayasan untuk menyelamatkan satwa liar di Afrika. Ia juga menginisiasi agar investor lain bergabung. (PEXELS/Nicole Kruger).
Denpasar. Pengusaha dan Investor Jerman Marlon Braumann mendirikan Yayasan Spesies yang Paling Terancam di Afrika (Africa’s Most Endangered Species Foundation atau AMES) pada 2020 lalu. Ia berniat menjadikan Afrika sebagai tempat paling aman bagi satwa liar.
Pria asli Bavaria, Jerman, itu membangun jaringan ‘penjaga AMES’ yang terdiri dari pengusaha sukses, pendiri, investor, dan CEO, bersatu dalam visi bersama untuk menghentikan kepunahan satwa liar di Afrika dengan memanfaatkan teknologi dan menjadikan pelestarian keanekaragaman hayati menguntungkan dan dapat diperluas.
Mengutip forbes.com, Selasa (6/2), AMES kini telah mendapatkan satu wilayah lindung di Afrika Selatan untuk melindungi populasi badak yang kritis, dan memperluas habitat lindungnya dengan menghapus pagar dengan peternakan sapi tetangga, serta mengembalikannya ke keadaan alaminya melalui rewilding atau membangun kembali.
Baca juga:
Hewan yang Bisa ‘Meramal’ Cuaca
Braumann menyadari bahwa mengandalkan filantropi saja akan memberikan batasan pada skala pelestarian, dan Yayasan AMES kini tengah bersiap untuk menempati pasar yang unik dengan menerapkan pengetahuan mereka dalam membangun dan memperluas bisnis.
Selain itu, mereka juga mendirikan Dana Habitat AMES sebagai sarana investasi untuk menarik investor yang sejalan dengan gagasan mendapatkan keuntungan finansial sembari melakukan kebaikan secara simultan.
Visi mereka adalah untuk memperoleh tanah yang belum sempurna, melakukan rewilding, dan menghasilkan pendapatan melalui ekowisata, proyek energi terbarukan, atau di masa depan penerbitan kredit keanekaragaman hayati.
Untuk diketahui, Afrika, rumah bagi satu persen dari keanekaragaman hayati global dan satu-satunya populasi megafauna yang masih utuh, tengah menghadapi tantangan dengan pertumbuhan populasi yang cepat dan tingkat kemiskinan global tertinggi.
Menurut PBB, tingkat deforestasi di Afrika mencemaskan, dengan hutan tua yang hilang lebih dari 4 juta hektare (Ha) setiap tahun, dua kali lipat rata-rata global. Sementara itu, spesies yang terancam punah mati dengan tingkat yang mengkhawatirkan.
Misalnya, 95 persen dari populasi badak saja telah hilang dalam 30 tahun terakhir. Kehilangan keanekaragaman hayati ini merupakan ancaman global setara dengan krisis iklim.
Itulah sebabnya mengapa konferensi keanekaragaman hayati PBB pada 2022 melihat 196 negara berkomitmen untuk melindungi 30 persen dari daratan dan lautnya pada 2030.
Kendati demikian, terdapat kesenjangan keuangan yang signifikan sebesar 830 miliar dolar AS atau setara Rp 13 kuadriliun setiap tahun untuk pelestarian alam, menekankan kebutuhan kritis akan peningkatan pendanaan keanekaragaman hayati untuk mengatasi kehilangan habitat, penurunan keanekaragaman hayati, dan efek perubahan iklim.
Sekadar informasi, Yayasan AMES adalah organisasi dampak nirlaba dengan misi untuk melakukan hal tersebut dengan menjadikan pelestarian keanekaragaman hayati menguntungkan dan dapat diperluas.
Wartawan : Ronatal Siahaan
Komentar