Green Culture
Hewan yang Bisa ‘Meramal’ Cuaca
Rabu, 07 Februari 2024
Ilustrasi. Beberapa hewan disebut bisa meramal cuaca, namun ada pula yang hanya sekadar mitos. (PEXELS/Arunodhai V).
Denpasar. Musang jadi satu di antara banyak hewan yang menurut cerita rakyat dinilai memiliki kemampuan unik meramalkan cuaca. Begitu pula sapi yang berbaring sebelum hujan atau ulat bulu yang disebut memiliki warna lebih sedikit sebelum masuk musim dingin.
Namun, ada pula yang menyebut prediksi hewan-hewan di atas banyak meleset dibandingkan kebenarannya. Lalu, hewan apa yang bisa diandalkan untuk meramalkan cuaca?
Berikut beberapa hewan yang dianggap lebih bereaksi terhadap cuaca dan iklim seperti dilansir applevalleynewsnow.com, Selasa (6/2).
Hewan dan Cuaca Ekstrem
Old Farmer's Almanac telah mengumpulkan beberapa puluh peribahasa tentang serangga, hewan, dan kemampuan mereka untuk meramalkan pola cuaca.
Beberapa klaim dipertanyakan. Misalnya, anjing yang makan rumput kemungkinan menjadi prediktor hujan yang jauh kurang akurat dibanding laporan cuaca meteorologis.
Namun, ada penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa hewan mungkin memiliki indera bawaan yang membantu mereka mendeteksi ketika bencana akan terjadi.
Burung berkicau sayap emas, misalnya, meninggalkan daerah di Tennessee lebih dari 24 jam sebelum rangkaian tornado mengerikan melanda daerah tersebut, menurut studi Desember 2014 yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology.
Penulis studi memprediksi bahwa burung migran mendengarkan infrasound—suara pada frekuensi terlalu rendah untuk didengar manusia—yang terkait dengan badai dan menganggapnya sebagai tanda peringatan.
Peneliti di Jerman juga menyelidiki apakah berbagai spesies hewan bisa mendeteksi gempa bumi yang akan datang. Para ilmuwan menemukan secara kolektif, hewan termasuk sapi, domba, dan anjing menunjukkan lebih banyak aktivitas sebelum gempa bumi hingga 20 jam sebelumnya, menurut laporan dari Max Planck Society Jerman, sebuah asosiasi nirlaba dari institut penelitian.
Serangga dan Katak
Ada juga kebenaran dalam gagasan bahwa jangkrik dapat bertindak sebagai termometer alam. Serangga ini adalah ectotherm, yang berarti suhu tubuh mereka berubah sesuai dengan lingkungan sekitarnya—dan mereka biasanya berkicau lebih cepat dalam cuaca yang lebih hangat.
Menurut Hukum Dolbear, formula yang menggambarkan hubungan antara jangkrik dan cuaca, "Anda dapat menghitung jumlah kicauan per 15 detik, tambahkan 40, dan itu akan memberi Anda suhu dalam Fahrenheit," ujar Administrasi Osean dan Atmosfer Nasional.
Katak juga memberikan panggilan unik ketika hujan akan turun. "Banyak herpetolog abad kedua puluh telah mengkonfirmasi dan menjelaskan observasi tradisional bahwa berbagai spesies katak kadang-kadang mengeluarkan panggilan vokal yang khas, panggilan 'hujan,' sebelum cuaca basah," kata Dr Gordon Miller, Profesor Emeritus Studi Lingkungan di Seattle University, melalui surel.
“Panggilan tersebut mungkin dipicu oleh peningkatan kelembaban sebelum hujan," lanjut Miller.
Baca juga:
Lebah, Pahlawan Iklim Tanpa Tanda Jasa
Fakta vs. Cerita Rakyat
Kiasan lain tentang kemampuan hewan meramalkan kondisi musiman, bagaimanapun, tidak benar.
Woolly bear—spesies ulat, juga disebut ulat bulu—terkenal dianggap dapat meramalkan keparahan musim dingin yang akan datang dengan pita berwarna-warni. Lebih banyak warna hitam pada serangga tersebut secara asumsi menunjukkan kondisi yang lebih keras akan datang.
Namun kenyataannya, "pewarnaan ulat didasarkan pada seberapa lama (ulat) telah makan, usianya, dan spesiesnya," menurut Layanan Cuaca Nasional.
"Semakin baik musim tumbuh, semakin besar ia akan tumbuh. Ini menghasilkan pita merah-oranye yang lebih sempit di bagian tengahnya. Dengan demikian, lebar pembentukan adalah indikator pertumbuhan musim ini atau sebelumnya daripada indikator keparahan musim dingin mendatang,” tulisnya.
Wartawan : Ronatal Siahaan
Komentar