logo loading

Green Lifestyle

Kecanduan Internet Bisa Merusak Fungsi Otak Loh!

Terutama pada anak-anak dan remaja berusia 10-19 tahun, yang dapat berdampak pada psikologis dan hubungan sosial.

 Selasa, 11 Juni 2024

Studi mengungkap anak-anak dan remaja yang kecanduan internet berpotensi mengalami kerusakan fungsi otak. (PEXELS/Christina Morillo).


Denpasar. Studi mengungkap anak-anak dan remaja yang kecanduan internet, khususnya mereka yang berusia 10-19 tahun, berpotensi mengalami kerusakan fungsi otak.

Studi yang dipelopori para peneliti UCL ini dilakukan selama satu dekade, yaitu dari 2013 hingga 2023. Penelitian ini melibatkan 237 remaja yang didiagnosis menderita kecanduan internet.

Hasilnya, mereka yang kecanduan internet memiliki konsekuensi buruk yang dapat mengganggu kesejahteraan psikologis, kehidupan sosial, akademis, hingga profesionalnya.

Para peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk mengamati konektivitas fungsional otak.

Yang mengkhawatirkan adalah terdapat penurunan signifikan dalam konektivitas jaringan kendali eksekutif yang sangat penting untuk pemikiran aktif dan pengambilan keputusan.

Perubahan neurologis ini dapat bermanifestasi sebagai perilaku adiktif dan berbagai aspek kemampuan kognitif dan fisik, termasuk kapasitas intelektual, koordinasi, kesehatan mental, serta perkembangan secara keseluruhan.

"Masa remaja adalah tahap perkembangan penting. Kerentanan otak terhadap dorongan internet selama periode tersebut dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan," ujar Max Chang, Penulis Utama dan Mahasiswa MSc di UCL Great Ormond Street Institute for Child Health, seperti dilansir earth.com, Jumat (7/6).

Ia menyoroti beberapa potensi dampak perilaku dan perkembangan remaja, seperti kesulitan dalam menjaga hubungan sosial, ketidakjujuran dalam aktivitas online, dan gangguan pola makan dan tidur normal.

Menurut Chang, dengan meningkatnya ketersediaan ponsel pintar dan laptop, kecanduan internet menjadi masalah di seluruh dunia.

Di Inggris, misalnya, rerata individu menghabiskan lebih dari 24 jam online setiap pekan dan mereka mengakui menggunakan internet secara kompulsif.

Laporan Ofcom menunjukkan sebanyak 60% dari 50 juta pengguna internet menganggap kebiasaan online mereka berdampak buruk pada kehidupan pribadi seperti keterlambatan atau mengabaikan tanggung jawab.

"Meskipun internet menawarkan manfaat yang tidak dapat disangkal, namun hal ini jadi masalah ketika mulai mengganggu rutinitas sehari-hari," tulis Penulis Senior Irene Lee.

Karenanya, Lee menyarankan, remaja menerapkan batasan penggunaan internet dan mendapatkan informasi tentang dampak psikologis dan sosial dari keterlibatan online yang berlebihan.

Chang juga menawarkan perawatan mengatasi kecanduan internet dengan menargetkan wilayah otak tertentu atau melibatkan psikoterapi dan terapi keluarga untuk mengatasi gejala mendasar. Selain itu, mendidik orang tua untuk melakukan langkah pencegahan, hingga mengelola waktu pemakaian perangkat.

Sebab, ia menegaskan kecanduan internet pada remaja tidak cuma terkait perubahan fungsi otak. Tetapi juga, berdampak buruk pada kesehatan mental, mengakibatkan peningkatan kecemasan, depresi, dan isolasi sosial. Remaja juga mungkin mengalami prestasi akademis yang buruk karena menatap layar berlebihan.


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler