Green News
Deretan Konflik Satwa vs Manusia Selama Awal 2024, Sumatra hingga Babel
BKSDA mencatat ratusan konflik satwa liar dan manusia selama Januari-11 Maret 2024. Konflik terjadi di Sumatra hingga Bangka Belitung.
Jumat, 15 Maret 2024
Ilustrasi. BKSDA mencatat ratusan konflik satwa liar dan manusia selama Januari-11 Maret 2024. Konflik terjadi di Sumatra hingga Bangka Belitung. (PEXELS/Ralph).
Denpasar. Konflik satwa liar mewarnai awal tahun ini. Terbaru, warga membakar Kantor Balai Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA) Resor Suoh Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung setelah dua warga tewas diterkam harimau Sumatra. Satu orang lainnya mengalami luka dan masih dalam perawatan.
Dirangkum dari Antara, belum lama ini, harimau Sumatra meresahkan warga karena kerap berkeliaran di pemukiman di Bandar Negeri Suoh, Kabupaten Lampung Barat.
Kasus ini bukan kasus perdana. Resor Konservasi Wilayah II Maninjau Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat sebelumnya mencatat ada delapan konflik satwa liar dengan manusia terjadi di delapan nagari atau desa di Kabupaten Agam selama Januari-11 Maret 2024.
“Konflik satwa liar yang terjadi melibatkan harimau Sumatra dan buaya muara,” ujar Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar Rusdiyan P Ritonga.
Lebih lanjut ia menjelaskan konflik yang terjadi, yaitu harimau melintas di pemukiman warga di Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan. Sementara, di Salareh Aia Timur, Kecamatan Palembayan, harimau memangsa kambing warga.
Di Nagari Baringi, Kecamatan Palembayan, harimau Sumatra memangsa kerbau warga. “Di Nagari Baringi kejadian yang kedua kalinya, karena pada Januari juga ada harimau Sumatra melintas di daerah itu,” imbuh Rusdiyan.
Selanjutnya, kejadian harimau Sumatra melintas di pemukiman juga terjadi di Nagari Ampek Koto Palembayan. Sedangkan di Nagari Sipinang, harimau Sumatra memangsa dua ekor kerbau. Beruntung, ternak warga tersebut hanya mengalami luka-luka ringan.
Kemudian, di Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuh, seekor kambing dimangsa oleh harimau dan seorang warga meninggal dunia diduga dimangsa buaya muara di Nagari Tiku Lima Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara.
Lalu, di Nagari Tigo Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan, dua warga meninggal dimangsa harimau. Rusidyan menuturkan seluruh konflik sudah ditangani dan BKSDA telah memasang kamera jebak di lokasi terbut untuk memantau satwa liar.
Gajah Rusak Sawah, Kebun dan Rumah
Sejumlah kawanan gajah liar di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh, Lampung Barat, merusak lahan perkebunan warga. Menurut Kepala Bidang Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Lampung Barat Sukimin, gajah-gajah tersebut merusak sawah dan kebun pisang.
Satgas Lembah Suoh sempat menghadang kawanan gajah liar tersebut. Kawanan gajah sempat masuk ke dalam hutan kembali, namun kembali ke pemukiman pada malam hari dan merusak rumah warga.
Di Desa Makmur, Kecamatan Kerinci Barat, Kabupaten Pelalawan, Riau, dua gajah liar masuk ke pemukiman mencari tempat kering di tengah banjir pada awal Januari 2024. Namun, dua gajah liar ini tidak merusak bangunan, selain tanaman warga dan kebun pisang.
127 Kasus Buaya vs Manusia
BKSDFA Sumatra Selatan mencatat menangani 127 konflik buaya dan manusia di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir. Konflik ini dimotivasi dari kerusakan lingkungan akibat penambangan bijih timah secara ilegal.
“Dalam lima tahun terakhir, konflik manusia dan buaya meningkat,” tutur Polhut Ahli Madya BKSDA Sumsel M Andriansyah di Pangkalpinang.
Konflik buaya dan manusia ini tersebar di Belitung Timur 23 kasus, Belitung enam kasus, Bangka Barat 10 kasus, Bangka Tengah 17 kasus, Bangka Selatan 15 kasus, Bangka 36 kasus, dan Pangkalpinang 20 kasus.
“Konflik antara buaya dan manusia telah menimbulkan masalah serius di banyak belahan dunia, termasuk Bangka Belitung,” terang dia.
Andriansyah menilai konflik itu berlanjut awal tahun ini. Menurut dia, buaya menyerang manusia karena berburu makanan, mempertahankan wilayahnya, dan mempertahankan sarang atau anaknya, serta kesalahan identitas.
“Mereka (buaya) merasa terpojok dan melakukan serangan pada apa yang ada dalam wilayahnya,” tandasnya.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar