logo loading

Green Culture

Danau di Mongolia Hadapi Krisis Iklim, Ikan Endemik Terancam Punah

 Jumat, 19 Januari 2024

Ilustrasi. Danau Hovsgol di utara Mongolia menghadapi krisis iklim. Kondisi ini juga mengancam spesies 10 ikan endemik. (PEXELS/Thirdman).


Denpasar. Danau Hovsgol di utara Mongolia menghadapi krisis iklim. Ekosistem di danau tertua yang terbentuk lebih dari dua juta tahun lalu tersebut juga terancam, termasuk masyarakat yang bergantung pada Danau Hovsgol, habitat serigala, rusa besar, dan 10 spesies ikan endemik.

Letak danau ini tersembunyi di utara Mongolia. Meski begitu, danau ini dikelilingi kota-kota kecil di sekitarnya, penginapan wisata, hingga tenda tradisional Mongolia yang terbuat dari kain kempa bersama kawanan domba, kambing, dan yak. Danau Hovsgol hanya berjarak beberapa mil dari Rusia.

Danau ini menawarkan pemandangan pegunungan yang dipenuhi pohon pinus dan perbukitan yang tertutup salju, sekaligus hutan yang menjadi rumah bagi habitat di dalamnya.

Danau Hovsgol dianggap sebagai danau paling murni di dunia. Danau ini sekaligus yang terdalam dan terbesar berdasarkan volume negara itu. Sayang, suhu udara di Mongolia meningkat lebih dari 2 derajat Celcius (3,6 Fahrenheit) atau lebih dari dua kali lipat rata-rata kenaikan suhu global, menjadikannya salah satu negara terimbas krisis iklim.

Tidak hanya penggembala dan ternak di Mongolia yang berjuang mengatasi kenaikan suhu di atas permukaan tanah. Tetapi juga ikan-ikan yang hidup di Danau Hovsgol. Setidaknya, 10 spesies ikan endemik bergantung di danau itu.

Salah satu jenisnya, Hovsgol grayling (thymallus nigrescens) bahkan terancam punah. Ikan dengan tubuh panjang, tipis, dengan warna perak bagi jantan tersebut berubah warna menjadi biru saat musim pemijahan (proses perkawinan).

Mendsaikhan Bud, Ahli Ikan di Akademi Ilmu Pengetahuan Mongolia, mengatakan selama 15 tahun terakhir para ilmuwan mempelajari dampak krisis iklim terhadap grayling dan apa yang mereka temukan sangat memprihatinkan.

Sebagai spesies perairan dingin, ikan tersebut sangat rentan terhadap kenaikan suhu. Aliran anak sungai yang digunakan pada musim pemijahan juga mengering. “Mereka tidak lagi memiliki air selama musim pemijahan atau musim semi,” kata Olaf Jensen, Profesor di Universitas Wisconsin-Madison, dilansir Guardian, Kamis (18/1).

Jensen menuturkan hampir 80 persen dari 96 aliran sungai yang pernah mengalir ke Danau Hovsgol menjadi kering selama bulan-bulan penting ketika ikan bermigrasi. Dengan sisa 20 persen aliran sungai yang tersisa, ikan-ikan yang menggunakannya untuk bertelur setiap musim semi menjadi lebih rentan.

“Penangkapan ikan yang berlebihan juga menjadi ancaman besar. Para penggembala di sekitar Danau Hovsgol telah lama mengandalkan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka selama musim semi,” katanya.

Meskipun penangkapan ikan menjadi ancaman, Jensen melanjutkan, kerusakan iklim juga mengganggu keseimbangan. Salah satunya, ukuran spesies ikan menyusut yang bisa dikaitkan dengan meningkatnya kebutuhan energi ikan seiring kenaikan suhu.

Padahal, Bud dan Jensen sepakat, melindungi ikan-ikan endemik di Danau Hovsgol sangat penting untuk menjaga ekosistem danau yang rentan. Namun, perlindungan terhadap ikan-ikan ini menjadi tantangan.


Wartawan : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler