Green Lifestyle
Warlok di Tasmania Bangga Menang Kontes Halaman Rumput Terjelek di Dunia
Rabu, 17 Januari 2024
Kathleen Murray, warga lokal (warlok) di Sandford, Tasmania, bangga karena rumput di halaman rumahnya menang kontes rumput paling jelek di dunia. (Dok. Guardian).
Denpasar. Kathleen Murray, warga lokal (warlok) di Sandford, Tasmania, bangga bukan main karena taman di halaman rumahnya berhasil memenangkan kontes rumput paling jelek di dunia.
Rumput di halaman rumah Murray berhasil mengalahkan persaingan rumput kering di Jerman, Prancis, Kanada, Kroasia, Swedia, AS, dan Inggris.
Kontes unik ini pertama kali digelar dua tahun lalu di Gotland, Swedia, dengan tujuan mendorong orang untuk berkebun dengan air lebih hemat dan ramah lingkungan.
Rumput di halaman Murrah dipenuhi dengan lubang-lubang yang digali oleh bandekut atau hewan sejenis tikus babi yang juga disebut kusu tanah. Di halaman itu pula, ada pemandangan tumpukan rumput kuning layu, serta tanaman yang layu kecokelatan.
“Ini cukup mengejutkan, sekaligus membuat saya kagum,” ujarnya semringah dilansir Guardian, Selasa (16/1).
Murray tinggal di daerah yang tidak memiliki air dan listrik. Ia terpaksa menampung air hujan dalam tangki, yang terlalu berharga untuk mengairi halaman rumputnya.
“Dulu, saya mengira bandekut adalah satwa liar pemusnah massal yang menyerang halaman rumput saya. Namun sekarang, saya melihat mereka benar-benar telah membebaskan saya dari keharusan memotong rumput,” imbuh dia.
“Saya menginginkan akhir pekan yang bebas dari rasa bersalah untuk memotong rumput,” lanjut Murray.
Mimmi Gibson dari pemerintah kota setempat menyebut kontes ini adalah cara yang lembut untuk mendorong orang mengambil tindakan menjadi pahlawan iklim dengan tidak melakukan apa pun, dalam konteks rumput di halaman rumah mereka.
“Kita perlu cara menghemat air. Ini adalah masalah global. Sebab, ada tekanan pada orang-orang untuk menjaga rumput mereka tetap hijau, rapih, dan subur,” ungkapnya.
Akibat tindakan Murray ‘mengabaikan’ rumputnya tumbuh liar, banyak satwa seperti kadal lidah biru, kanguru, dan walabi, kerap berkunjung ke halaman rumahnya.
Juri dalam kontes sempat kebingungan untuk memilih pemenang kontes rumput paling jelek. Bahkan, juri menghabiskan waktu dua jam. “Semuanya mengerikan. Layak untuk dimenangkan,” kata Gibson.
Diarmuid Gavin, salah satu juri yang merupakan perancang taman, mengaku bahwa ini adalah kompetisi teraneh yang pernah ada. Namun, ia berharap hal ini mendorong orang untuk menciptakan taman yang sesuai dengan iklim.
“Melihat halaman rumput di Tasmania seperti ini, sangat penuh perasaan karena memiliki pemahaman tentang apa yang terjadi. Pesan moralnya bukan lah untuk menyesuaikan diri dengan rumput yang hijau, rapih, dan subur, tetapi untuk tidak mengecewakan planet,” terang Gavin.
Dengan kondisi iklim saat ini, Murray menambahkan, orang-orang dihadapkan pada pilihan untuk memprioritaskan air kepada tanaman yang menghasilkan makanan bagi manusia atau ingin bersaing dengan tetangga untuk membuat rumput halaman Anda lebih hijau.
“Saya sangat gembira melihat semua makhluk kecil yang sekarang merasa aman untuk keluar ke halaman belakang rumah saya pada siang hari. Mereka memiliki area penggalian yang menyenangkan. Ini benar-benar meningkatkan perasaan damai batin saya karena mengetahui bahwa saya memainkan peran mikroskopis,” tandasnya.
Wartawan : Gungsri Adisri
Komentar