Green News
Sukses Rem Emisi Gas Rumah Kaca, Indonesia ‘Dibayar’ 279,8 Juta Dolar AS
Senin, 15 Januari 2024
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar menyebut Indonesia menerima pembayaran 279,8 juta dolar AS dari total komitmen 439,8 juta dolar AS karena berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca. (Dok. KLHK).
Denpasar. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan kinerja pengurangan emisi gas rumah kaca Indonesia melalui REDD+ diakui oleh dunia. Pengakuan itu diwujudkan lewat pembayaran berbasis kinerja atau Result-Based Payment (RBP).
Komitmen pembayaran yang diterima Indonesia sebesar 439,8 juta dolar AS atau paling besar dibandingkan dengan negara-negara lain. Dari komitmen tersebut, di antaranya 279,8 juta dolar AS telah dibayarkan.
“Keberhasilan Indonesia dalam mengimplementasikan REDD+ dan menerima RBP telah direkognisi UNFCCC dan menjadi contoh baik implementasi skema REDD+,” ujarnya dalam keterangan dilansir Antara, Minggu (14/1).
Indonesia, kata Siti, terus menunjukkan komitmennya dalam upaya pengendalian perubahan iklim global, termasuk dalam pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC). “Keberhasilan itu didukung data dan informasi yang akurat, transparan, dan kredibel,” imbuh dia.
Adapun, hasil perhitungan inventarisasi gas rumah kaca nasional sebesar 1.220 metrik ton setara karbon dioksida pada 2022.
Dibandingkan data tahun sebelumnya pada 2021, total tingkat emisi naik sebesar 6,9 persen, namun tingkat emisi 2022 dibandingkan Business as Usual (BaU) pada tahun yang sama menunjukkan penurunan sebesar 42 persen.
Sektor kehutanan dan penggunaan lahan lain juga mencatat keberhasilan. Pada 2021-2022, angka deforestasi bersih Indonesia menurun 8,4 persen.
Data deforestasi periode 1996-2000 hingga periode pemantauan 2020-2021 pun memperlihatkan penurunan ke titik terendah dalam 20 tahun terakhir, yaitu 0,11 juta hektare (Ha).
Kemudian, pada 2022 lalu, deforestasi menurun lagi hingga 104 ribu Ha. Begitu pula pada 2023 lalu, tanpa menyebut angka detailnya.
“Kebakaran hutan dan lahan tahun lalu berhasil ditekan dibandingkan 2019 dengan pengaruh El Nino yang hampir sama dan kondisi 2023 lebih kering,” tutur Siti seraya menyebut luas kebakaran hutan dan lahan pada 2023 sebanyak 1,16 juta Ha dibandingkan 2019 yang seluas 1,64 juta Ha.
Selanjutnya, jumlah titik pada pada 2019 sebanyak 29.341 titik, sedangkan pada 2023 sebanyak 10.673 titik. Menurut Siti, ada perbedaan signifikan titik panas lebih dari 18 ribu titik atau setara 63,62 persen.
Wartawan : Gungsri Adisri
Komentar