logo loading

Green News

Aktivis Peduli Hewan Soroti Spesies Monyet Baru Hasil Kloning

 Kamis, 18 Januari 2024

Ilustrasi. Retro, monyet rhesus hasil kloning yang kini berusia tiga tahun diklaim tumbuh kuat dan baik-baik saja oleh penelitinya. (PEXELS/Andre Mouton).


Denpasar. Retro, monyet rhesus hasil kloning yang lahir pada 16 Juli 2020 lalu, kini berusia tiga tahun dan diklaim tumbuh kuat dan baik-baik saja.

Falong Lu, salah satu penulis penelitian yang diterbitkan dalam jurnal bertajuk Nature Communications Tuesday sekaligus Peneliti di State Key Laboratory dan Biologi Perkembangan di Akademi Ilmu Pengetahuan di China menyampaikan hal itu.

Seperti dikutip CNN, Rabu (17/1), Retro adalah spesies primata kedua yang berhasil dikloning oleh para ilmuwan di China.

Mamalia yang pertama dikloning adalah Dolly si domba pada 1996 silam. Sejak saat itu, para ilmuwan telah mengkloning banyak spesies mamalia, termasuk babi, sapi, kuda, dan anjing.

Namun, tidak semua prosesnya berjalan mulus. Biasanya, hanya sebagian kecil dari embrio yang ditransfer ke ibu pengganti yang menghasilkan keturunan yang mampu bertahan hidup.

“Kami telah mencapai banyak kemajuan, setelah Dolly, banyak spesies mamalia dikloning, meski inefisiensi masih menjadi hambatan utama,” ujar Peneliti Utama Institut Biomedis dan Kesehatan Guangzhou di China Miguel Esteban.

Dua monyet pertama yang berhasil dikloning, yaitu Zhong Zhong dan Hua Hua, juga diklaim hidup bahagia dan sehat. Saat ini, keduanya berusia 6 tahun. Tapi, Lu belum mengidentifikasi potensi batasan umur monyet hasil kloning itu.

Para peneliti, termasuk Esteban dan Lu meyakini keberhasilan mengkloning monyet mungkin dapat membantu mempercepat penelitian biomedis. Penelitian terhadap primata—menyerupai manusia, tapi bukan manusia, dinilai penting bagi kemajuan medis, termasuk pembuatan vaksin untuk melawan covid-19.

Namun, aktivis peduli hewan Royal Society of Prevention of Cruelty to Animals Inggris, mentah-mentah menolak hal tersebut. Menurut mereka, penggunaan monyet dalam penelitian ilmiah sangat kontroversial dan memprihatinkan kesejahteraan hewan.

Royal Society khawatir kesejahteraan jadi isu serius soal penerapan teknologi kloning pada hewan. Sebab, kloning hewan menggunakan prosedur yang dapat menimbulkan rasa sakit dan kesusahan, serta tingkat kegagalan dan kematian yang juga tinggi.

Menanggapi hal itu, Esteban berdalih bahwa menciptakan monyet yang identik secara genetik dapat bermanfaat. “Penelitian ini bukti prinsip bahwa kloning dapat dilakukan pada berbagai spesies primata, bukan manusia dan meningkatkan efisiensi,” katanya.

Ilmuwan Peneliti di Pusat Bioteknologi Nasional di Spanyol Lluis Montoliun, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyebut kloning kedua monyet menunjukkan dua hal.

“Pertama, kloning primata bisa dilakukan. Kedua, yang tidak kalah penting, sulit untuk berhasil melakukan eksperimen ini dengan efisiensi yang rendah,” tuturnya.

Ia menambahkan tingkat keberhasilan yang rendah juga menunjukkan bahwa kloning manusia tidak hanya tidak diperlukan. Namun, jika dicoba, hal itu sangat sulit dan tidak dapat dibenarkan secara etika. “Kloning reproduksi manusia sama sekali tidak dapat diterima,” tandasnya.


Wartawan : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler