Green Culture
8 Mitos Keliru soal Perubahan Iklim
Para ahli menegaskan iklim bumi berubah dengan cepat, namun ada narasi keliru soal perubahan iklim.
Sabtu, 15 Juni 2024
Para ahli menegaskan pemanasan global meningkat dan iklim bumi berubah dengan cepat, namun ada narasi keliru soal perubahan iklim. (PEXELS/Stephan Muller).
Denpasar. Pemanasan global dengan kecepatan yang sangat tinggi dan tingkat suhu yang tidak sesuai musimnya membakar hampir setiap benua di bumi.
Para ahli mengatakan hal ini merupakan tanda yang jelas bahwa iklim bumi sedang berubah dengan cepat.
Namun, banyak yang percaya atau setidaknya mengatakan mereka percaya perubahan iklim itu tidak nyata dan mereka mengandalkan serangkaian mitos yang telah lama ada untuk menegaskan pendapat mereka.
Lalu apa saja mitos-mitos yang dipercaya terkait perubahan iklim tersebut? Berikut mediahijau.com rangkum delapan mitos soal perubahan iklim yang tidak keliru.
1. Perubahan iklim selalu terjadi, tidak perlu khawatir.
Memang benar bahwa suhu bumi telah lama berfluktuasi, disertai periode pemanasan dan pendinginan. Namun, sejak zaman es terakhir 10.000 tahun lalu, iklim relatif stabil, yang menurut para ilmuwan sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia.
2. Perubahan iklim adalah proses alami, tidak ada hubungannya dengan manusia.
Meskipun perubahan iklim adalah proses alami, aktivitas manusia mendorongnya ke tingkat yang berlebihan.
Laporan dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), yang mengacu pada penelitian ratusan ilmuwan iklim terkemuka, menemukan manusia bertanggung jawab atas hampir seluruh pemanasan global selama 200 tahun terakhir.
Baca juga:
Nyamuk Beranak Pinak Akibat Perubahan Iklim
3. Pemanasan beberapa derajat bukanlah masalah besar.
Faktanya, kenaikan suhu dalam skala kecil dapat mengakibatkan ekosistem yang rentan di dunia menjadi kacau dan berdampak buruk bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
Perjanjian Paris mengenai perubahan iklim bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global hingga jauh di bawah 2 derajat celsius atau sekitar 1,5 derajat celsius, sejak masa pra-industri.
4. Meningkatnya suhu dingin menunjukkan bahwa perubahan iklim tidak nyata.
Pernyataan ini mengacaukan cuaca dan iklim, yang merupakan dua hal berbeda. Cuaca adalah kondisi atmosfer sehari-hari di suatu lokasi dan iklim adalah kondisi cuaca jangka panjang di suatu wilayah. Jadi, cuaca dingin masih mungkin terjadi, namun trennya planet ini sedang memanas.
5. Para ilmuwan tidak sepakat mengenai penyebab perubahan iklim.
Studi pada 2021 mengungkapkan bahwa 99 persen literatur ilmiah yang ditinjau oleh peneliti menemukan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh manusia.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang banyak dibaca pada 2013, yang menemukan bahwa 97 persen makalah tinjauan yang meneliti penyebab perubahan iklim menyebut perubahan iklim disebabkan oleh manusia.
6. Sudah terlambat untuk mencegah bencana iklim.
Laporan Kesenjangan Emisi terbaru UNEP menemukan bahwa dengan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 42% pada 2030, dunia dapat membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat celsius dibandingkan dengan tingkat pra-industri. Jadi, tidak ada kata terlambat untuk mengurangi atau mencegah perubahan iklim.
7. Model iklim tidak bisa diandalkan.
Studi pada 2020 yang dilakukan Universitas California menunjukkan sebagian besar model pemanasan global akurat. Studi tersebut mengamati 17 model yang dihasilkan antara 1970 dan 2007 dan menemukan 14 di antaranya memiliki observasi yang sangat mirip.
8. Tidak perlu khawatir mengenai penurunan emisi gas rumah kaca. Kemanusiaan itu inventif; kita hanya bisa beradaptasi dengan perubahan iklim.
Beberapa negara dan komunitas dapat beradaptasi terhadap kenaikan suhu, penurunan curah hujan, dan dampak perubahan iklim lainnya. Tapi banyak pula yang tidak bisa. Di banyak tempat, masyarakat sudah menghadapi batasan ketat mengenai kemampuan mereka beradaptasi.
Negara-negara kepulauan kecil yang sedang berkembang, misalnya, hanya bisa berbuat banyak untuk menahan kenaikan permukaan air laut yang mengancam keberadaan mereka.
Wartawan : Hanna Patricia M Lubis
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar