logo loading

Green News

15 Persen Orang Amerika Nggak Percaya Loh Perubahan Iklim Benar-benar Terjadi

Konsentrasi tertinggi dari kelompok masyarakat yang menyangkal perubahan iklim di AS banyak berasal dari bagian tengah dan selatan.

 Sabtu, 24 Februari 2024

Studi mengungkap 15 persen orang Amerika tidak percaya bahwa perubahan iklim benar-benar terjadi. (PEXELS/Markus Spiske).


Mataram. Studi terbaru dari Universitas Michigan mengungkapkan hampir 15 persen orang Amerika tidak percaya pada isu perubahan iklim dan dampaknya. Konsentrasi tertinggi dari kelompok masyarakat yang menyangkal ini berada di wilayah Amerika Serikat (AS) bagian tengah dan selatan.

Penelitian yang dilakukan sejumlah ilmuwan dari Universitas Michigan menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk menganalisis lebih dari 7,4 juta kicauan yang diunggah oleh 1,3 juta warga AS di platform media sosial X. Postingan yang diteliti merupakan cuitan masyarakat pada periode 2017 hingga 2019.

“Lebih dari separuh kicauan yang kami lihat menyangkal bahwa perubahan iklim itu nyata, bahwa itu adalah tipuan,” kata Joshua Newell, Profesor Lingkungan dan Keberlanjutan yang merupakan salah satu penulis studi tersebut di Universitas Michigan, mengutip The Guardian, Rabu (14/2).

Postingan media sosial yang diteliti itu diolah menggunakan geocode dengan pengklasifikasian sebagai ‘mendukung’ atau ‘menentang’ perubahan iklim.

Dengan model bahasa besar (large language model/LLM), sejenis kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh OpenAI, menyimpulkan bahwa 15 persen dari populasi masyarakat AS masih menyangkal perubahan iklim berdasarkan cuitannya.

“Hal ini tidak mengherankan, namun mengecewakan. Saya berharap semakin banyak orang Amerika yang percaya pada perubahan iklim dan pentingnya untuk mengatasi hal tersebut,” terang Newell.

Salah satu tokoh berpengaruh yang cuitannya masuk dalam sampel penelitian ialah mantan presiden Donald Trump. Beliau pernah berujar lewat X mengenai penolakan terhadap laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2018 yang dirilis pada konferensi Cop 24 PBB.

Serupa dengan temuan Newell, survei yang dilakukan oleh Universitas Yale pada 2023 lalu menemukan populasi masyarakat AS yang menyangkal perubahan iklim saat ini mencapai 49 juta orang atau sekitar 16 persen dari populasi.

Menariknya, penemuan ini menunjukan kecondongan politik yang mempengaruhi persepsi masyarakat.

Masyarakat yang berafiliasi kepada Partai Demokrat cenderung memiliki penerimaan yang lebih baik terhadap pemanasan global, yakni setidaknya 52 persen dari seluruh populasi negara bagian yang memenangkan partai ini.

Sebaliknya, pendukung Partai Republik justru cenderung menyangkal terjadinya pemanasan global.

“Hal ini sesuai dengan pemahaman saya bahwa ada sekelompok kecil masyarakat yang sangat vokal dan aktif yang masih menyangkal banyaknya bukti pemanasan (global) yang disebabkan oleh manusia,” tutur Michael Mann, Ahli Klimatologi dan Geofisika di University of Pennsylvania, merespons penelitian tersebut.

Dalam bukunya bertajuk The New Climate War, Mann berpendapat para ilmuwan harus membantah misinformasi dan disinformasi yang dipromosikan di media sosial oleh aktor-aktor jahat.

“Bukan karena kita akan memenangkan hati mereka, ideologi mereka akan dikucilkan, namun karena mereka menginfeksi seluruh ruang media sosial dengan mitos, kebohongan, dan sentimen anti-ilmiah yang beracun”, pungkasnya.


Wartawan : Fathia Nurul Haq

Komentar

Terpopuler