Green News
Waspadai Penyakit Parasit Hewan: Ayam, Sapi, Tikus Dkk
Parasit pada hewan dikhawatirkan menular dan menginfeksi manusia.
Selasa, 04 Juni 2024
Ilustrasi. BRIN meminta masyarakat dan peternak mewaspadai penyakit parasit hewan ternak dan hewan peliharaan. (PEXELS/Edward Jenner).
Jakarta. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meminta masyarakat mewaspadai penyakit parasit pada hewan, terutama peternak. Pasalnya, kondisi iklim tropis Indonesia dengan kelembaban tinggi menjadi salah satu faktor pendukung timbulnya penyakit parasit hewan.
"Penyakit pada hewan dapat bersifat infeksius atau non-infeksius. Secara umum, penyakit hewan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis organisme penyebabnya, antara lain bakteri, virus, parasit, jamur, dan lainnya," tutur Indi Dharmayanti, Kepala Organisasi Riset Kesehatan (ORK) BRIN), akhir Mei lalu.
Hewan, sambung Indi, memiliki peran penting, termasuk sebagai hewan ternak, peliharaan, dan percobaan. Karenanya, kesehatan hewan sangat penting untuk memastikan manfaat dan perannya dapat tercapai optimal.
Sebab, saat hewan sakit, maka timbul kerugian ekonomi, sosial, dan dampak kesehatan bagi manusia. Organisasi internasional dan pemerintah negara dianggap perlu mengatur ketat soal penyakit hewan.
Misalnya, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau WOAH yang menyusun daftar penyakit infeksi dan infestasi (serangan hama atau parasit dalam jumlah besar pada inang yang bisa menimbulkan penyakit) yang wajib dilaporkan oleh negara-negara anggotanya.
"Penyakit parasit jarang mengakibatkan kematian tinggi, tetapi menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar. Parasit merupakan organisme yang hidupnya menempel pada inangnya. Penyakit parasit pada hewan ini dapat disebabkan oleh endoparasit dan ektoparasit," terang Indi.
Kepala Pusat Riset Veteriner ORK BRIN Harimurti Nuradji menambahkan kesehatan hewan penting bagi aspek kehidupan dan kesehatan masyarakat, ketahanan pangan, kesejahteraan hewan itu sendiri, termasuk juga ekonomi. Sebab, hewan yang sehat dapat mencegah penyebaran zoonosis yang dapat menular ke manusia.
Ia juga mengingatkan deteksi parasit pada hewan sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. "Dengan deteksi secara dini, dapat mencegah penyebaran menular yang dapat mengancam populasi hewan dan manusia," ungkap Harimurti.
Adapun, Peneliti Pusat Riset Veteriner BRIN Yulvian Sani menyebut penyakit parasitik pada hewan berdasarkan diagnosis patologi dari sampel yang diterima selama beberapa tahun belakangan, yaitu coccidiosis, anaplasmosis, malaria, dan helminthiasis.
Coccidiosis adalah penyakit pada ayam yangn dapat menimbulkan penurunan produksi dan mortilitas ayam. "Penyakit ini umumnya menjangkit peternakan ayam dengan pola manajemen kurang baik, kepadatan ternak dalam kadang, rendahnya kualitas litter, dan humiditas tinggi," jelasnya.
Sementara, anaplasmosis adalah penyakit pada sapi dengan gejala klinis meliputi demam, anemia, icterus, penurunan produksi susu, hingga kematian. "Anaplasmosis merupakan penyakit yang berdampak ekonomi nyata dan sering dijumpai pada daerah tropis dan subtropis," imbuh dia.
Kemudian, malaria, penyakit fatal yang tersebar luas di berbagai negara yang disebabkan oleh parasit darah. Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan serius.
Selanjutnya, helminthiasis yang tidak hanya menjangkiti kucing atau sapi, tetapi juga harimau. Harimau yang terjangkit biasanya susah bergerak dan berkali-kali keluar dari penangkaran.
"Parasit ini juga ditemukan pada tikus dan dikhawatirkan menular dan menginfeksi manusia," ungkap Yulvian.
Wartawan : Akshara Abraham
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar