logo loading

Green Culture

Rusa Kutub Bantu Melawan Perubahan Iklim, Kok Bisa?

Rusa kutub membantu memperlambat pemanasan global lewat aktivitas memakan semak dan menginjak-injak tanaman.

 Kamis, 21 Desember 2023

Penelitian menyebut rusa kutub dapat berperan melawan perubahan iklim dengan menjaga hutan tetap terbuka. Foto: Pexels/Annika Therfield.


Denpasar. Rusa kutub di Lapland, bagian utara Finlandia punya pekerjaan penting tahun ini. Pekerjaannya melawan perubahan iklim dengan melestarikan ekosistem, salju dan hutan terbuka yang memiliki semak-semak.

Penelitian menunjukkan penggembalaan rusa kutub dapat melawan beberapa dampak perubahan iklim di Arktik. Sebagai informasi, wilayah itu mengalami kenaikan suhu atau pemanasan empat kali lebih cepat dibandingkan wilayah lainnya di planet bumi.

Lalu bagaimana penggembalaan rusa bisa membantu melawan perubahan iklim? Begini, sekitar 100.000 orang terlibat dalam penggembalaan sebanyak 2,5 juta ekor rusa di sembilan negara.

Masyarakat adat di sana memanfaatkan rusa untuk keperluan transportasi, pakaian dan makanan. Transportasi dengan rusa jelas tidak meninggalkan jejak karbon seperti yang dihasilkan oleh transprotasi mobil atau motor.

Selain itu, pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi dan berkayu terjadi saat lanskap terbuka berubah menjadi hutan. Semak dan hutan mungkin terdengar menarik. Namun dalam lanskap Arktik, hal ini dapat menghapus ekosistem kuno hutan terbuka yang dikenal sebagai hutan boreal dan tundra Arktik yang tak berpohon.

Penelitian menunjukkan semak memerangkap panas yang dapat mencairkan lapisan es dan menghangatkan tundra. Penelitian tersebut juga menemukan pemanasan global sebetulnya mempercepat semak belukar di Arktik, karena musim tanam menjadi lebih hangat dan lebih panjang.

Nah, rusa kutub membantu memperlambat proses tersebut dan mendukung penghijauan tundra dengan aktivitasnya memakan dan menginjak-injak tanaman.

Bahkan, studi menilai citra satelit tutupan semak di Semenanjung Yamal di barat laut Siberia menyebut vegetasi stabil ketika populasi rusa mencapai 75% pada 1986 dan 2016, meskipun suhu panas meningkat.

Penulis laporan tersebut, seperti dikutip BBC.com, Kamis (21/12), menuturkan bahwa penggembalaan rusa kutub membantu melestarikan habitat tundra. Dengan begitu, spesies asli seperti lumut, lumut kerak, termasuk pohon willow yang tumbuh rendah bisa terus berkembang.

Jeremejeff, perempuan penggembala rusa kutub di Lapland, mengaku melihat langsung dampaknya. “Rusa kutub memakan lumut dan tanaman lainnya. Mereka juga menginjak-injak tanaman memastikan vegetasi tidak terlalu lebat,” katanya.

“Vegetasi yang lebat akan memerangkap suhu panas. Jika tidak ada dedaunan dan rumput, tanah akan semakin beku dan membeku lebih awal di musim dingin,” ujarnya.

Tiina Sanila-Aikio, penggembala rusa kutub lainnya, menuturkan rusa kutub adalah jawaban untuk mempertahankan lanskap terbuka di tundra dan hutan boreal. Ia tidak menafikan ada tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

“Jika kita tidak memiliki (rusa), pemandangannya akan sangat berbeda. Saat cuaca semakin panas, segalanya akan tumbuh lebih cepat. Kami butuh rusa,” imbuh dia.

Noora Kantola, Peneliti di Universitas Oulu di Finlandia utara selama empat tahun terakhir mempelajari penggembalaan rusa kutub dan perubahan kedalaman salju. Ia menerangkan dampaknya terhadap emisi karbondioksida dapat berimbas dalam waktu yang sangat lama.

“Ini adalah temuan awal, namun tampaknya pelepasan karbon dari semak-semak mungkin berinteraksi dengan kedalaman salju ketika rusa kutub tidak diikutsertakan selama beberapa dekade di utara Finlandia. Bisa dibilang, rusa kutub yang merumput di vegetasi dasar hutan yang mengurangi pelepasan karbon,” tuturnya.


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler