Green News
Produsen Tenaga Surya Terbesar di Dunia PHK Sepertiga Pekerjanya
Longi sebagai produsen panel surya terbesar berbasis di China menyebut lingkungan bisnis semakin kompleks dan kompetitif.
Kamis, 21 Maret 2024
Ilustrasi. Longi sebagai produsen panel surya terbesar berbasis di China menyebut lingkungan bisnis semakin kompleks dan kompetitif. (PEXELS/Tom Fisk).
Mataram. Longi, produsen tenaga surya terbesar di dunia, dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sepertiga jumlah pekerjanya. Longi merupakan produsen perangkat panel surya yang berbasis di Xi’an, China.
“Industri fotovoltaik tenaga surya menghadapi lingkungan yang semakin kompleks dan kompetitif. Untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan meningkatkan efisiensi organisasi, perusahaan mengoptimalkan tenaga kerja,” ujar Longi dalam pernyataan resminya, dilansir the Guardian, Selasa (19/3).
Kabarnya, jumlah pegawai yang akan dirumahkan mencapai 30% dari total pegawai saat ini. Namun, pihak Longi meralat kabar tersebut dengan mengatakan bahwa total pegawai yang dirumahkan hanya 5%.
Adapun jumlah pegawai Longi saat ini mencapai 80 ribu orang. Jika benar sepertiganya, berarti ada 24 ribu orang yang kehilangan pekerjaan. Atawa, apabila hanya 5%, berarti sekitar 4.000 pekerja yang terkena PHK.
Berdasarkan keterangan dari Longi, langkah ini terpaksa ditempuh lantaran anjloknya harga panel surya saat ini. Pada pertemuan Asosiasi Industri Fotovoltaik China (CPIA) bulan lalu topik ini sempat menjadi pembicaraan hangat.
Penurunan harga panel surya telah mengakibatkan perusahaan membatalkan atau menghentikan sementara investasi yang direncanakan dan memberhentikan pekerja.
"Sektor tenaga surya menghadapi lingkungan yang semakin kompetitif. Untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan meningkatkan efisiensi organisasi, perusahaan mengoptimalkan tenaga kerja kami,” lanjut Longi.
Industri tenaga surya menghadapi hambatan yang signifikan akibat invasi Rusia ke Ukraina. Perang tersebut mengakibatkan tagihan energi yang lebih tinggi, sehingga memaksa pemerintah meningkatkan pembangkit listrik dalam negeri dan mendorong tingkat inflasi.
Selain itu, perusahaan-perusahaan minyak dan gas (migas) telah mengurangi proyek-proyek ramah lingkungan dan beralih ke proyek-proyek bahan bakar fosil tradisional yang mempunyai margin tinggi.
Dampaknya, perusahaan energi terbarukan, seperti Longi, terpaksa menghentikan sementara proyek-proyek mereka dan mengurangi jumlah pekerja untuk menekan kerugian.
Longi, mengumumkan penurunan laba bersih yang signifikan sebesar 44%. Sepanjang kuartal tiga tahun lalu, perusahaan hanya mencetak laba bersih sebesar 2,52 miliar yuan atau sekitar Rp 5,4 triliun. Imbasnya tak hanya pada laba, harga saham Longi pun rontok hingga 70% dari puncaknya pada 2021 lalu.
Wartawan : Fathia Nurul Haq
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar