Green Lifestyle
Ngeri, Kemiskinan Pengaruhi Otak dan Berdampak Seumur Hidup
Kemiskinan bukan hanya soal uang, tetapi juga pekerjaan, pendidikan, dan ukuran rumah.
Kamis, 25 April 2024
Studi menyebut kemiskinan sangat memengaruhi otak dan dampaknya dapat bertahan seumur hidup. (PEXELS/Khaled Akacha).
Denpasar. Studi menyebut posisi seseorang dalam jenjang ekonomi sangat memengaruhi apa yang ada dalam pikiran. Bukan menakut-nakuti, tetapi studi mengungkap fakta yang meresahkan, yakni miskinan">kemiskinan sangat memengaruhi otak dan dampaknya bisa bertahan seumur hidup.
Status sosial ekonomi yang dimaksud bukan hanya tentang simpanan di rekening bank loh! Tetapi juga, gaji bulanan dan tunjangan tambahan lainnya. Terkait pekerjaan, misalnya. Pekerjaan tertentu memiliki tingkat kehormatan tinggi dalam masyarakat, seperti dokter, yang umumnya dipandang lebih berstatus dibandingkan kasir toko.
Kemudian, pendidikan yang kamu selesaikan, termasuk gelarnya. Umumnya tingkat pendidikan lebih tinggi dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang juga tinggi. Lalu, kualitas perumahan dan lingkungan kamu, mencakup ukuran rumah, kondisi rumah, keamanan lingkungan, dan akses terhadap fasilitas dan transportasi umum.
Status sosial ekonomi juga memengaruhi aspek kehidupan lainnya, seperti akses terhadap layanan kesehatan, peluang pendidikan, prospek kerja, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Sebelum penelitian ini dilakukan, para ilmuwan hanya memahami sedikit tentang kondisi miskin memengaruhi otak dan hasil kehidupan. Beberapa penelitian menunjukkan anak-anak yang berada dalam miskinan">kemiskinan mengalami kesulitan lebih besar di sekolah.
Ilmuwan lainnya bahkan melihat keterkaitan antara status sosial ekonomi yang rendah dengan tingkat penyakit mental yang lebih tinggi. Lebih banyak lagi penelitian yang menunjukkan hubungan antara miskinan">kemiskinan dan masalah kesehatan fisik.
Kemiskinan atau status sosial ekonomi rendah membuat masyarakat terpapar faktor-faktor negatif, seperti stres dan gizi buruk. Faktor-faktor ini diyakini mengubah struktur fisik dan fungsi otak, terutama apabila terjadi pada masa perkembangan anak-anak.
Efek dominonya, masalah dalam proses belajar membuat anak-anak lebih sulit fokus, mengingat, dan berhasil di kelas. Belum lagi perjuangan kesehatan mental karena risiko depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya. Ndilalah, stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan penyakit jantung hingga diabetes.
Kekhawatirannya, Eid Abo Hamza, Peneliti dari Al Ain University di Uni Emirat Arab, miskinan">kemiskinan ini jadi penyakit menahun generasi ke generasi. Anak-anak yang tumbuh dengan status sosial ekonomi rendah berpotensi mengulangi siklus yang sama pada anak-anak mereka kelak.
"Penelitian ini menyoroti dampak mendalam miskinan">kemiskinan dan status sosial ekonomi yang tidak hanya memengaruhi kondisi kehidupan individu, tetapi juga perkembangan kognitif, kesehatan mental, dan peluang masa depan mereka," ujarnya dilansir earth.com, Selasa (23/4).
Adapun, faktor yang terkait antara miskinan">kemiskinan dan perkembangan otak, yaitu makanan yang buruk. Ketika kantong terbatas, produk segar dan pilihan sehat tergantikan oleh makanan olahan yang murah dan tidak bernutrisi.
Faktor lain, miskinan">kemiskinan berarti juga kekhawatiran terus menerus mengenai tagihan, makanan, keamanan. Karenanya, otak dibanjiri hormon stres, seperti kortisol.
Kortisol secara fisik merusak area otak yang bertanggung jawab atas pembelajaran, memori, dan pengaturan emosi. Otak perlahan melemah karena stres terus menerus.
Selanjutnya, faktor bahaya lingkungan. Mereka yang berpendapatan rendah seringkali tinggal dekat pabrik, jalan raya, atau sumber polusi udara dan air lain, yang membuat mereka menghirup dan menelan bahaya kimia berbahaya.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar