Green News
Harga Roti, Bir dan Biskuit Bisa Lebih Mahal Gegara Cuaca Buruk
Cuaca buruk dampak perubahan iklim mempengaruhi kenaikan harga bahan pangan.
Senin, 06 Mei 2024
Ilustrasi. Cuaca buruk dampak perubahan iklim bisa mempengaruhi kenaikan harga bahan pangan, termasuk roti, biskuit, dan bir. (Pixabay).
Mataram. Cuaca buruk dampak perubahan iklim bisa mempengaruhi kenaikan harga pangan kita loh, Greeners!
Kondisi ini sudah terjadi di Inggris yang disebut sebagai 'washout winter'. Panen raya sejumlah komoditas pertanian penting, seperti gandum, barley dan sejumlah sayur-mayur di sana turun drastis akibat fenomena curah hujan tinggi saat musim dingin.
“'Washout winter' ini menimbulkan kekacauan di ladang petani sehingga tanah menjadi tergenang air dan tidak dapat ditanami atau terlalu basah. Akibatnya traktor tidak dapat menggunakan pupuk," ujar analis lahan Badan Intelijen Energi dan Iklim (Energy and Climate Intelligence Unit/ECIU), Tom Lancaster, dilansir dari the Guardian, Kamis (2/5).
Menurut ECIU, hasil panen gandum, barley, oat, dan minyak nabati bisa turun drastis tahun ini. Secara tahunan, produksi gandum diestimasikan turun sebesar 26,5%, sedangkan barley turun 33,1%, dan minyak nabati berkurang sebesar 37,6%
“Hal ini kemungkinan besar tidak hanya berdampak pada kerugian finansial bagi petani, namun juga impor yang lebih tinggi karena kita berupaya menutup kesenjangan yang diakibatkan oleh berkurangnya pasokan dari Inggris. Ada juga risiko nyata bahwa harga roti, bir, dan biskuit dapat meningkat karena buruknya panen dapat mengakibatkan biaya yang lebih tinggi," imbuh Lancaster.
Namun, impor bahan pangan yang lebih tinggi bukanlah risiko terbesar yang harus dihadapi konsumen Inggris Raya akibat turunnya produksi pangan dalam negeri. Jika dampak washout winter turut mempengaruhi hasil panen negara eksportir pangan rekanan Inggris, bakal terjadi kelangkaan di pasar global yang berpotensi mengerek inflasi pangan secara signifikan.
“Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa krisis sedang terjadi. Meskipun para petani menanggung beban terbesar dari hal ini saat ini, konsumen mungkin akan merasakan dampaknya sepanjang tahun karena produk tidak dapat keluar dari pertanian.” ujar Wakil presiden NFU, Rachel Hallos secara terpisah.
Pasalnya, cuaca buruk bukan hanya menghalangi petani untuk menanami lahannya saat musim dingin lalu. Tetapi juga, mempengaruhi kondisi lahan pertanian mereka hingga setahun ke depan.
“Meskipun saat ini cukup kering untuk ditanami beberapa ladang, beberapa di antaranya sangat buruk sehingga saya rasa ladang tersebut tidak akan ditanami tahun ini,” tukas Colin Chappell, seorang petani garapan dari Lincolnshire dan anggota Jaringan Pertanian Ramah Alam (Nature Friendly Farming Network/NFFN).
Hallos memastikan bahwa tahun ini bisnis pertanian di Inggris bakal terpuruk. “Bisa dipastikan besarnya tekanan yang dialami bisnis pertanian di Inggris akibat hujan yang terus-menerus dan belum pernah terjadi sebelumnya ini," pungkasnya.
Wartawan : Fathia Nurul Haq
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar