logo loading

Green News

Debat Banjir Besar: Teknik Cuaca vs. Perubahan Iklim, Siapa Biang Keladinya?

Para skeptis iklim menyangkal banjir besar akibat perubahan iklim

 Sabtu, 22 Juni 2024

Ilustrasi. Para skeptis iklim menyangkal banjir besar akibat perubahan iklim (Pexels/Hitesh choudhary)


Denpasar. Hey green squad! Tau gak sih, banjir terbesar telah melanda banyak negara, mulai dari Brasil hingga Kenya dalam beberapa bulan terakhir. Sayangnya, para skeptis iklim justru menyalahkan teknik modifikasi cuaca yang dikenal sebagai penyemaian awan dan menyangkal banjir besar tersebut akibat perubahan iklim.

Rekor curah hujan yang terjadi di beberapa wilayah akibat fenomena El Niño sejalan dengan perkiraan peningkatan kejadian cuaca ekstrem, kata para ahli. Namun, klaim online berulang kali menunjukkan bahwa geoengineeringlah yang harus disalahkan, bukan emisi karbon.

Penyemaian awan memasukkan partikel-partikel kecil ke langit untuk menyebabkan hujan di wilayah geografis yang kecil dan telah mendapatkan popularitas di seluruh dunia sebagai cara untuk memerangi kekeringan dan meningkatkan pasokan air setempat.

Namun, para ilmuwan menegaskan bahwa teknik tersebut tidak dapat menciptakan cuaca atau memicu curah hujan sebesar yang terjadi di negara-negara seperti Jerman dan Amerika Serikat.

Di Yang, asisten profesor di Universitas Wyoming, mengatakan penelitian ekstensif selama beberapa dekade telah menunjukkan “Tidak ada dampak pasti dalam skala besar atau jangka panjang dari penyemaian awan,” ujarnya, melansir earth.com.

Namun, teknik ini tetap menjadi target berulang bagi mereka yang skeptis terhadap perubahan iklim. AFP telah membantah beberapa klaim palsu mengenai manipulasi cuaca setelah banjir besar dalam beberapa tahun terakhir.

Callum Hood, kepala penelitian di Center for Countering Digital Hate, mengatakan bahwa seiring dengan semakin seringnya kejadian cuaca buruk, para penyangkal iklim melakukan upaya ekstra untuk mengklaim bahwa cuaca ekstrem ini tidak ada hubungannya dengan perubahan iklim. 

Metode modifikasi cuaca masih kontroversial di komunitas ilmiah karena potensi konsekuensi yang tidak diinginkan seperti hujan berlebih dan polusi. Namun, para ahli mendesak agar kehati-hatian tersebut tidak mendiskreditkan realitas krisis iklim.

“Fokus pada penyemaian awan ini tidak memberikan gambaran yang lebih besar – selama lebih dari satu abad, manusia telah melepaskan gas rumah kaca yang telah menghangatkan bumi dan membuat hujan lebat lebih mungkin terjadi di banyak wilayah di dunia,” kata Dward Gryspeerdt, peneliti di Institut Grantham Imperial College London.


Wartawan : Hanna Patricia M Lubis

Penulis : Akshara Abraham

Komentar

Terpopuler