logo loading

Green News

Beku Tak Terduga: Antartika Melawan Tren Pemanasan dengan Rekor Suhu Dingin Ekstrem

Rekor suhu dingin di Antartika sebagai dampak perubahan iklim

 Selasa, 25 Juni 2024

Ilustrasi. Rekor suhu dingin di Antartika sebagai dampak perubahan iklim (Pexels/Pixabay)


Bandung. Meski dunia tengah dilanda dengan gelombang panas, namun siapa sangka rekor suhu dingin justru terjadi di Antartika. Ini dampak nyata perubahan iklim yang menyebabkan fenomena cuaca ekstrem lebih sering terjadi, termasuk suhu dingin ekstrem.

Antartika merupakan kawasan atau benua yang berada di paling selatan bumi. Wilayah ini menampung sekitar 90% es dunia serta 70% air tawar dengan luas sekitar 14 juta kilometer persegi. Iklim di Antartika dipengaruhi oleh garis lintang tinggi, malam hari yang panjang, juga angin katabatic yang dapat mencapai kecepatan lebih dari 200 km/jam, sebagaimana yang dilansir dari laman earth.com pada Kamis (20/6).

Mengutip sebuah studi yang baru dipublikasikan secara resmi dalam jurnal Advances in Atmospheric Sciences yang berjudul ‘Extreme Antarctic Cold of Late Winter 2023’ pada Kamis (20/6), cuaca dan suhu dingin yang mengejutkan melanda kawasan tersebut pada akhir musim dingin di bulan Juli dan Agustus.

Pengamatan suhu dingin secara komprehensif dilakukan pada akhir musim dingin tahun 2023. Suhu dingin terbaru tercatat di wilayah Antartika Timur, Lapisan Es Ross, Antartika Barat hingga Semenanjung Antartika.

Suhu dingin yang memecahkan rekor tercatat di Stasiun Kunlun yang berada pada -79,4°C atau sekitar 5°C lebih rendah dari rata-rata bulanan. Empat fase dingin yang berbeda dari pertengahan Juli hingga akhir Agustus 2023 diidentifikasi yang kemudian menghasilkan anomali negatif ketinggian geopotensial yang kuat sebesar 500-hPa.

Baca juga:
Rahasia Umur Panjang dan Lawan Kanker pada Wanita: Makan Ikan Kecil Utuh

Faktor kunci yang mempengaruhi fenomena suhu dingin ekstrem ini adalah terganggunya pusaran kutub. Suhu di Arktik memanas lebih cepat dibandingkan wilayah lain di dunia yang dapat membuat ketidakstabilan pusaran kutub.

Selain itu, pita udara yang mengalir cepat di atmosfer dapat menjadi bergelombang dan tidak menentu karena gradien suhu antara kutub dan ekuator yang berkurang. Pada akhirnya, hal ini yang menyebabkan kemunculan anomali cuaca yang berkepanjangan, termasuk cuaca dan suhu dingin tadi.


Wartawan : Difta Ramadhanie

Penulis : Dessy Rosalina

Komentar

Terpopuler