Denpasar. Sebanyak 57 perusahaan menghasilkan 80% emisi karbon dioksida (CO2) pada periode 2016 dan 2022. Perusahaan-perusahaan ini terdiri dari kelompok kecil produsen minyak dan gas (migas) dan semen.

Mengutip Forbes, Rabu (17/4), lembaga pemikir InfluenceMap merilis laporan temuan ini berdasarkan basis data CarbonMajors. Studi tersebut menganalisis dampak bisnis dan keuangan terhadap perubahan iklim.

Selain itu, studi tersebut juga menyimpulkan sebagian besar dari 122 perusahaan yang disurvei meningkatkan produksi bahan bakar fosil mereka dalam tujuh tahun setelah Perjanjian Paris. 

65% perusahaan milik negara dan 55% perusahaan yang dimiliki investor menunjukkan peningkatan produksi selama periode tersebut, seperti dilansir egsdive.com, Rabu (17/4).

China menjadi penghasil emisi terbesar atas produksi batu baranya dan menyumbang 25,8% dari total emisi global. Tiga penghasil emisi teratas adalah entitas milik negara.

Sementara, Saudi Aramco menyumbang 4,8% dari emisi global. Energi raksasa Rusia Gazprom juga menyumbang sebanyak 3,3%. Terakhir, Coal India menyumbang 3%. 

“Data ini dapat digunakan dalam berbagai kasus, mulai dari proses hukum yang bertujuan untuk meminta pertanggungjawaban produsen atas kerusakan iklim,” ungkap Daan Van Acker, Manajer Program InfluenceMap.

“Atau dapat digunakan oleh akademisi dalam menghitung kontribusi mereka atau oleh kelompok kampanye, bahkan oleh investor,” tandasnya.