logo loading

Green News

Waduh, Sungai Citarum Ternyata Terkontaminasi Bahan Aktif Obat

Penelitian BRIN menemukan, Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu ternyata terkontaminasi bahan aktif obat.

 Selasa, 09 Juli 2024

Ilustrasi. Pemerintah telah merevitalisasi Sungai Citarum. (Dok. Kementerian PUPR)


Jakarta. Penelitian terbaru Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan adanya kontaminasi bahan aktif obat atau APIs di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu di Jawa Barat. Kontaminasi paling banyak berasal dari obat golongan antibiotik yakni paracetamol dan amoxicillin.

Peneliti Kelompok Riset Ekotoksikologi Perairan Darat, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Rosetyati Retno Utami mengungkapkan, penelitian dilakukan dengan penghitungan konsentrasi bahan aktif obat yang diminum, frekuensi penggunaan obat, jumlah obat yang dikonsumsi, dan berapa lama masa sakit responden dalam setahun.

"Kemudian kami mengestimasi seberapa banyak dari rata-rata penggunaan itu dengan ekstrapolasi terhadap jumlah penduduk di suatu DAS. Hasilnya, untuk bahan kimia aktif dapat dilihat bahwa ternyata paracetamol dan amoxcillin menjadi APIs dengan penggunaan paling besar di DAS Citarum Hulu," kata Rosetyati, seperti dikutip dari Antara. 

Rosetyati menemukan penggunaan antibiotik di DAS Citarum Hulu cukup besar. Paracetamol menjadi posisi tertinggi berjumlah 460 ton per tahun serta amoxicillin 336 ton per tahun.

Menurut dia, sumber-sumber kontaminasi bahan aktif obat yang mungkin masuk ke dalam Sungai Citarumbisa teridentifikasi dari kegiatan peternakan sekitar. Peternakan  banyak menggunakan obat-obatan dan juga hormon yang bertujuan meningkatkan hasil peternakan.

Selain peternakan, kontaminasi obat di sungai juga mungkin terjadi karena penggunaan obat rumah tangga, industri, dan sistem pengelolaan limbah obat di rumah sakit yang mungkin terdapat kebocoran, sehingga dapat mengakibatkan masuknya obat ke ekosistem akuatik.

"Jika terjadi kontaminasi di perairan/ekosistem akuatik, tentu saja akan membahayakan bagi organisme akuatik dan juga kesehatan manusia," ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Luki Subehi menekankan, perilaku masyarakat terhadap penanganan penggunaan obat, termasuk praktik pembuangan obat yang tidak lagi terpakai penting harus menjadi perhatian lebih lanjut. Tingkat populasi masyarakat yang tinggi di wilayah sekitar DAS menjadikan hal tersebut menjadi penting agar tidak menambah faktor-faktor yang dapat mencemari sungai.

"Dengan informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya pola perilaku yang tidak mencemari badan air/sungai dan praktik yang lebih baik dalam pengelolaan limbah obat-obatan," kata Luki Subehi.


Wartawan : Asmaraloka Amerta

Penulis : Asmaraloka Amerta

Komentar

Terpopuler