Green News
Terancam Manusia, Gajah Hutan di Nigeria Berisiko Punah
Habitat gajah hutan (Loxodonta cyclotis) di Nigeria bagian Utara terancam aktivitas manusia seperti penebangan kayu dan pertanian.
Kamis, 14 Maret 2024
Penelitian membuktikan bahwa tekanan dari aktivitas manusia dan perubahan penggunaan lahan mempengaruhi habitat gajah hutan di Nigeria. Ilustrasi: (Pexels/Follow Alice).
Nigeria adalah salah satu dari 37 negara Afrika di mana gajah ditemukan di alam liar. Namun, negara itu berisiko kehilangan seluruh gajah hutan (Loxodonta cyclotis) karena habitatnya terancam aktivitas manusia, seperti penebangan kayu dan pertanian.
Gajah hutan (Loxodonta cyclotis) terdapat di bagian Selatan Nigeria. Sementara, gajah sabana (Loxodonta africana) dapat ditemukan di Utara.
Menurut pendataan yang dilakukan oleh The Conversation dan dipublikasikan oleh Reuters (11/3), tidak jelas jumlah gajah yang ada di Nigeria. Delapan belas tahun yang lalu, African Elephant Study Report memperkirakan hanya ada 94 gajah yang tersisa di negara tersebut.
Sementara pada 2021, diperkirakan terdapat sekitar 400 ekor gajah di wilayah yang tidak disurvei secara sistematis. Namun, yang pasti diketahui adalah jumlah dan populasi gajah di Nigeria telah menurun drastis seiring berjalannya waktu.
Penyebab utama populasi gajah hutan berkurang drastis adalah aktivitas manusia, seperti penebangan kayu dan pertanian, yang mengancam kelangsungan hidup gajah karena berkurangnya habitat alami. Beberapa populasi gajah yang tersisa beada di wilayah kecil dan terfragmentasi.
Survei gajah belum pernah dilakukan di Nigeria Selatan selama lebih dari satu dekade dan penampakan gajah hutan jarang terjadi. Gajah hutan menjadi perhatian khusus karena mereka diklasifikasikan sebagai "Critically Endangered" (Terancam Punah) oleh International Union for the Conservation of Nature (IUCN).
The Conversation melakukan penelitian untuk mengetahui keberadaan gajah dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konservasi mereka. The Conversation mengunjungi empat kawasan lindung di dua taman nasional dan satu hutan lindung di Nigeria selatan.
The Conversation memang menemukan populasi kecil berjumlah 40 ekor gajah hutan. Populasi itu bukanlah populasi yang layak dalam jangka panjang karena populasi gajah yang “layak” diperkirakan berkisar antara 400-6.000 gajah.
The Conversation mengunjungi Taman Nasional Okomu, Hutan Lindung Omo serta Divisi Okwango dan Oban di Taman Nasional Cross River. Gajah-gajah tertangkap kamera jebakan di Hutan Lindung Omo dan Taman Nasional Okomu.
Gajah-gajah juga terlihat di Taman Nasional Okomu serta Divisi Oban di Taman Nasional Cross River. Sementara di cagar alam Hutan Omo, ditemukan tulang-belulang gajah yang diburu dan telah hangus.
Dari 40 gajah yang diidentifikasi menggunakan penanda mikro-satelit, tujuh gajah berada di Hutan Lindung Omo dan 14 dari Taman Nasional Okomu. Lalu 11 gajah dari Divisi Oban dan delapan dari Divisi Okwango.
Menurut The Conversation, masa depan gajah-gajah hutan tersebut tampak genting karena sejumlah alasan. Berikut penjelasannya:
Pertama, penelitian The Conversation menemukan bukti bahwa tekanan dari aktivitas manusia dan perubahan penggunaan lahan mempengaruhi distribusi gajah hutan di lokasi penelitian. Hal ini juga berkontribusi terhadap fragmentasi habitat dan degradasi hutan.
The Conversation menemukan bahwa lahan di dalam dan sekitar kawasan lindung telah diubah menjadi pemukiman. Kawasan ini juga digunakan untuk pertanian dan perkebunan monokultur dimana makanan gajah terbatas. Kondisi itu mengakibatkan hilangnya habitat dan fragmentasi hutan sehingga membatasi wilayah jelajah populasi gajah.
Kedua, keberadaan gudang pemburu, selongsong peluru, perangkap dan jerat menunjukkan bahwa perburuan gajah ilegal masih terjadi di seluruh lokasi penelitian. The Conversation menemukan bangkai gajah hutan selama penelitian.
Perburuan gajah hutan sebagai ancaman terhadap konservasi keanekaragaman hayati, telah dibuktikan dalam penelitian di Taman Nasional Kainji, Taman Nasional Okomu dan Taman Nasional Cross River. Sementara penangkapan tidak selalu membuat para pelanggar jera karena tindakan hukuman yang diberikan tidak cukup berat.
Ketiga, konflik manusia-gajah merajalela. Gajah hutan menyerbu tanaman dan menghancurkan properti di dalam dan sekitar lokasi penelitian.
Sebagian besar petani dan masyarakat sekitar tidak memiliki sumber mata pencaharian alternatif. Jadi bahkan dampak kerugian kecil pun mempunyai kepentingan ekonomi dan menimbulkan sikap negatif terhadap konservasi gajah.
Keempat, penyebaran gajah dalam kelompok kecil berarti mereka menghadapi risiko tinggi terhadap kepunahan lokal. Populasi gajah di Hutan Lindung Omo dan Taman Nasional Okomu benar-benar terisolasi.
Dua kawasan lindung itu dikelilingi oleh lahan pertanian dan pemukiman manusia. Akibatnya, gajah hutan tidak berbaur dengan populasi gajah lain.
Kelima, isu degradasi hutan dan menyusutnya ruang hutan. Cagar Hutan Omo adalah Cagar Alam yang Ketat sehingga tidak terbuka untuk pariwisata dan merupakan salah satu dari empat cagar biosfer di Nigeria. Namun sebagian besar hutan terdegradasi dan ukurannya berkurang.
Ancaman terakhir terhadap gajah hutan adalah petani tidak diberikan kompensasi atas kerugian panen akibat serangan gajah di lokasi penelitian. Hal ini berkontribusi pada sikap negatif terhadap konservasi gajah.
Pemerintah Federal Nigeria tidak memiliki ketentuan kebijakan mengenai kompensasi kepada petani. Target Keanekaragaman Hayati Aichi mendorong insentif sebagai cara untuk menjaga keanekaragaman hayati.
Secara ekologis, gajah merupakan spesies kunci yang mempunyai dampak besar terhadap ekosistem. Hilangnya gajah-gajah hutan akan berdampak pada lingkungan. Secara ekonomi, gajah adalah penggerak pariwisata dan secara budaya gajah adalah ikon benua Afrika.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk melindungi gajah. Berikut masukan dari The Conversation:
Pertama, program kesadaran, peluang mata pencaharian dan kompensasi harus diperkenalkan kepada petani. Bersama dengan alat pencegah akustik dan metode mitigasi lain yang digunakan di seluruh dunia, para petani dapat mengatasi kerugian akibat serangan terhadap tanaman.
Kedua, program pendidikan dan kesadaran konservasi masyarakat. Langkah ini harus dilaksanakan untuk membantu mengubah sikap negatif dan mengajak masyarakat untuk bekerja sama dalam upaya konservasi gajah hutan.
Dalam penelitian, The Conversation mengamati bahwa gajah tidak merusak perkebunan kakao. Jika gajah hutan melewati perkebunan tersebut, kakao tidak dimakan.
Perilaku gajah hutan itu juga dilaporkan di Hutan Lindung Bossematié, Pantai Gading. Pengamatan tersebut perlu diselidiki untuk menguji apakah budidaya tanaman kakao dapat mengurangi konflik antara manusia dan gajah.
Ketiga, rencana pengelolaan dan pemantauan spesies harus dilakukan untuk membantu melestarikan populasi gajah hutan Nigeria. Sebuah survei nasional untuk menilai populasi gajah di semua wilayah di Nigeria, harus menjadi prioritas utama.
Komentar