Denpasar. Ilmuwan Nives Dolsak dan Aseem Prakash berharap penyanyi Taylor Swift lebih dari sekadar menulis lagu mengenai perubahan iklim. Swift seharusnya mengadopsi dan memamerkan gaya hidup hemat emisi karbon.

Ilmuwan menilai meski masyarakat di seluruh dunia punya kepedulian tinggi terhadap isu-isu perubahan iklim tetapi mereka tidak menyetop gaya hidup yang intensif menghasilkan emisi karbon. Bahkan, kecanduan emisi karbon sangat parah bagi orang-orang kaya di seluruh dunia.

Indikatornya, perjalanan udara yang meningkat, penggunaan produk fesyen hingga konsumsi daging yang terus naik. Padahal, setiap orang punya peran untuk menyetop jejak karbon pribadi untuk mendorong kebijakan iklim yang lebih kuat demi mengatasi efek buruk perubahan iklim.

“Di sinilah selebriti seperti Taylor Swift bisa berperan ketimbang mengagung-agungkan gaya hidup jet-setter. Bayangkan dampaknya jika mereka mengajarkan penghematan emisi karbon dan memimpin dengan tindakan,” ujar Dolsak, dilansir Forbes, Selasa (26/12).

Sebuah komentar terhadap kisah cinta Swift dengan Travis Kelce mengemuka. Komentar itu berbunyi, “Kami tidak membutuhkan Swift untuk jatuh cinta pada seorang ilmuwan iklim. Kami berharap ia menulis lagu tentang krisis iklim.”

Komentar lainnya melanjutkan, “Kami berharap Swift lebih dari sekadar menulis lagu perubahan iklim. Kami ingin ia mengadopsi dan memamerkan gaya hidup hemat karbon.”

Pesan iklim semacam ini dianggap menarik bagi generasi muda yang menjadi konstituen utama Swift. Generasi itu cenderung menyalahkan generasi tua terhadap persoalan perubahan iklim di dunia.

“Mungkin, masalah jejak karbon dapat menjadi masukan bagi resolusi tahun baru kita semua dengan asumsi untuk mewujudkannya. Sebagai warga negara, saya akan mendukung politikus, bintang olahraga, termasuk selebriti yang menerapkan gaya hidup hemat emisi karbon,” tandas Dolsak.