logo loading

Green Lifestyle

Taylor Swift dan Eras Tour vs Dampaknya Terhadap Lingkungan

Taylor Swift memikat ratusan juta penggemar di seluruh dunia lewat musik dan aksi panggungnya. Namun, konser musik Swift berdampak negatif terhadap lingkungan.

 Senin, 11 Maret 2024

Taylor Swift memikat ratusan juta penggemar di seluruh dunia lewat musik dan aksi panggungnya. Namun, konser musik Swift berdampak negatif terhadap lingkungan. (Tangkapan layar @taylorswift).


Denpasar. Popularitas Taylor Swift sudah tidak perlu diragukan lagi. Swift memikat ratusan juta penggemarnya di dunia lewat musik dan aksi panggungnya yang wow.

Tetapi, di balik kemegahan dan kemewahan konser Swift, ada kenyataan pahit dari perjalanan udara yang dilakukannya bersama rekan-rekannya itu selama Eras Tour berlangsung, termasuk mengangkut peralatan dan keperluan beraksi di panggung.

Yakni, dampak lingkungan dari hilir-mudik Swift ke berbagai kota dan negara tujuan konser digelar, khususnya emisi karbon dari penerbangan jet pribadinya.

Penggunaan jet secara terus-menerus berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon, termasuk memperparah iklim dan degradasi lingkungan. Seperti diketahui, industri penerbangan merupakan penghasil gas rumah kaca (GRK) terbesar.

Karbon dioksida yang dihasilkan selama pembakaran bahan bakar jet ini menjadi salah satu sumber emisi CO2 dengan pertumbuhan tercepat dan menyumbang sekitar 2 persen dari emisi karbon global. Faktanya, maskapai penerbangan mengeluarkan lebih dari 900 juta ton CO2 setiap tahunnya.

Mengutip carboncredits.com, Minggu (10/3), Dewan Internasional untuk Transportasi Bersih, penerbangan pulang pergi dari New York ke London mengeluarkan 1,6 metrik ton CO2 per penumpang. Emisi itu berdasarkan data penerbangan komersial, yang memiliki jejak karbon jauh lebih rendah dari penerbangan dengan jet pribadi.

Jet pribadi merupakan pilihan perjalanan yang paling berbahaya bagi lingkungan. Menurut Transport & Environment, penumpang jet pribadi menghasilkankan CO2 sebanyak 10-20 kali lebih besar dibandingkan penumpang pesawat komersial.

Selain itu, dampaknya lebih dari sekadar emisi CO2. Tetapi juga, nitrogen, oksida, partikel, dan uap air yang seluruhnya berkontribusi terhadap polusi udara.

Untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan mengurangi emisi berbahaya, sejumlah maskapai penerbangan telah memperbaiki operasional mereka dengan kemajuan teknologi.

Ambil contoh, penggunaan bahan bakar pesawat rendah karbon, serta komponen dan teknologi pesawat terbang yang lebih hemat energi.

Namun, banyaknya perjalanan udara terkait dengan tur berskala besar, seperti Swift’s Eras Tour, menghadirkan tantangan lingkungan yang signifikan. Apalagi, ia tidak hanya terbang membawa diri dan rekan-rekannya, tetapi juga barang-barang yang semakin meningkatkan emisi karbon melalui logistik transportasi.

Eras Tour pada Februari 2024 saja terdiri dari 11 pertunjukan di tiga kota dan dua negara, yakni Tokyo, Sydney, dan Melbourne. Berdasarkan perkiraan data emisi, dari markasnya di New York ke Tokyo, Jepang, perkiraan emisi CO2 yang dihasilkan sekitar 48 metrik ton CO2.

Setelah itu, Swift terbang ke Las Vegas untuk mendukung pacarnya Kansas City Chiefs Travis Kelce di Super Bowl LVIII. Penerbangan itu diperkirakan mengeluarkan 40 metrik ton CO2. Dengan asumsi kediaman Swift di Manhattan, penerbangannya menghasilkan 17 metrik ton CO2.

Kemudian, pada 16 Februari, Swift kembali terbang ke Melbourne, Australia, untuk Eras Tour selama tiga hari. Jet pribadinya kembali menghasilkan emisi 147 metrik ton untuk perjalanan pulang pergi. Lalu kembali ke Australia pada 23 Februari dan tampil empat hari berturut-turut dengan pekiraan emisi karbon terbuang 141 metrik ton CO2.

Secara keseluruhan, penerbangan Swift dengan jet pribadinya menghasilkan 393 metrik ton CO2. Sebagai gambaran, rata-rata orang di AS mengeluarkan sekitar 16 ton atau 14 metrik ton CO2 setiap tahunnya.

Jadi, sebesar itulah emisi perjalanan udara Swfit atau 28 kali lebih banyak dibanding emisi rata-rata orang dalam setahun. Angka itu pun belum termasuk emisi dari acara konser musiknya dan para penggemarnya yang melakukan perjalanan dari berbagai destinasi.

Dengan mempertimbangkan sisa pertunjukan Eras Tour-nya hingga Desember 2024 yang dimulai sejak Maret 2023, tentu jejak karbon yang ditinggalkan Swift semakin meledak. Meskipun, Swift sendiri mungkin tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas dampak lingkungan dari tur tersebut.

Namun, seniman seperti Swift bisa mengambil langkah-langkah untuk memitigasi dampak lingkungan. Bisa dalam bentuk investasi inisiatif energi terbarukan, advokasi praktik tur ramah lingkungan, atau penerapan program penyeimbangan karbon.

Juru Bicara Swift mengonfirmasi musisi pirang itu melakukan penggantian kerugian karbon dengan membeli karbon untuk menutupi jejak karbon yang ditinggalkan dari perjalanan turnya.


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler