Green Lifestyle
Revolusi Hijau: Pesta Tukar Baju, Solusi Cerdas Atasi Limbah Fesyen
TRI Cycle menggelar acara tukar baju demi mengurangi limbah dari produksi pakaian baru.
Selasa, 11 Juni 2024
Suasana saat acara "Clothes Swap Party" (Pesta Tukar Baju) yang digelar oleh TRI Cycle di ISI Denpasar, Sabtu (27/4). (Media Hijau/Ronatal Siahaan).
Denpasar. Tahukah kamu kalau limbah fesyen (pakaian) merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA)?
Banyak yang tak sadar bahwa pakaian yang terbuang di TPA memiliki dampak yang berbahaya untuk lingkungan. Selain itu, energi dan limbah yang dihasilkan dalam pembuatan pakaian dalam industri garmen sangatlah tinggi.
Untuk menghindari atau setidaknya mengurangi sampah limbah, ada solusi yang lebih berkelanjutan loh! Misalnya, kamu bisa menukarkan baju kamu yang masih layak pakai daripada membuang atau membeli yang baru.
Kamu bisa berpartisipasi dalam acara tukar baju seperti yang diadakan oleh TRI Cycle guna mengurangi limbah pakaian.
TRI Cycle menggelar sebuah acara bertajuk ‘Clothes Swap Party’ (Pesta Tukar Baju) di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Sabtu (27/4). TRI Cycle berkolaborasi dengan Yayasan Konservasi Pemuda Indonesia dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pencinta Alam Unika Musi Charitas (Mapala) ISI Denpasar.
Acara yang diikuti oleh sekitar 100 lebih peserta ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terkait limbah fesyen dan menjadi ajang untuk bertukar pakaian bekas kamu dengan milik orang lain.
“Karena kami pengen sih mengedukasi masyarakat tentang limbah fesyen. Daripada kita beli baju baru yang sebenarnya banyak sekali menghabiskan energi dari air dan tenang,” ujar Diah Damayanti, Business Development Manager TRI Cycle, kepada MediaHijau saat ditemui di sela-sela acara belum lama ini.
Diah menegaskan acara ini memberikan wadah bagi para peserta yang punya baju bekas. Ia menilai daripada membeli baju baru, lebih baik menukarkan dengan baju bekas orang lain. “Jadi kayak simbiosis mutualisme, saling menukar baju,” imbuhnya.
Sekadar informasi, TRI Cycle merupakan usaha sosial yang berkecimpung dalam pembuatan beberapa fesyen dan merchandise berkelanjutan. Setiap penjualannya TRI Cycle selalu menanamkan satu pohon di hutan Indonesia bersama Lindungi Hutan.
Pendekatan komprehensif ini tidak hanya mengatasi pengurangan limbah tetapi juga berkontribusi pada upaya reboisasi.
Nama TRI Cycle itu sendiri terinspirasi oleh filosofi di Bali, yakni tri hita karana, yang berarti hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan Tuhan yang saling terkait satu sama lain.
Selain itu, TRI Cycle mencerminkan komitmennya terhadap upcycling dan daur ulang, menciptakan siklus berkelanjutan yang menguntungkan baik lingkungan maupun komunitas.
Lebih lanjut, TRI Cycle berpesan kepada masyarakat agar lebih sadar dan berpikir dua kali terhadap barang yang hendak dibeli.
Misalnya, bagaimana barang tersebut diproduksi dan dampaknya terhadap lingkungan.
“Sebelum membeli sebuah barang, mungkin dipikir-pikir kembali. Kita lihat dulu story behind-nya (cerita di balik) seperti apa. Dari mana sih produk ini dibuat, siapa yang membuatnya, apa sih dampak yang dikontribusikan pada produk itu,” tutur Diah.
Menurut dia, apabila kita punya pakaian yang menumpuk di lemari, ada baiknya memilih tiga potong pakaian yang paling bawah untuk ditukarkan di acara yang dibuat TRI Cycle atau menyumbangkan baju tak terpakai kepada yang membutuhkan.
“Kalau misalnya kalian punya baju yang banyak banget bejubel di lemari, mungkin bisa banget kalian pilih tiga, paling di bawah itu baju yang nggak bakal dipakai lagi,” kata Diah.
“Nah, kalian bisa take out (ambil) itu dan kalian nanti akan tukarkan di event swap party (pesta tukar) nanti atau mungkin sumbangkan ke orang-orang yang memerlukan,” pungkasnya.
Wartawan : Ronatal Siahaan
Penulis : Gungsri Adisri
1-31 Januari 2025
Komentar