Green Lifestyle
Perubahan Curah Hujan Pengaruhi Tanaman di Seluruh Dunia
Di sebagian wilayah kering mendapatkan manfaat. Namun, tidak demikian dengan tanaman di wilayah basah.
Selasa, 16 April 2024
Studi mengungkap pola curah hujan mempengaruhi kehidupan tanaman di seluruh dunia. (PEXELS/Gelgas Airlangga).
Denpasar. Perubahan iklim telah mengubah ekosistem, tak terkecuali tanaman. Pola curah hujan pada April yang umumnya ringan namun sering terjadi, berubah menjadi hujan lebat yang mempengaruhi kehidupan tanaman di seluruh dunia.
Studi yang dipimpin oleh Universitas Maryland menyoroti hal tersebut. Studi mengungkap tren yang signifikan di sebagian besar wilayah di dunia. Pola baru berupa musim kemarau panjang yang diselingi hujan lebat ternyata membawa manfaat dan mudarat.
Andrew Feldman, Peneliti di Earth System Science Interdisciplinary Center dan penulis utama studi, mengatakan tanaman di daerah kering di Amerika Barat mendapatkan manfaat dari hujan deras tersebut. Namun, tidak demikian halnya di wilayah lain.
Tanaman di ekosistem kering misalnya, merespons lebih baik terhadap curah hujan dibandingkan tanaman di lingkungan basah. "Curah hujan yang lebih banyak dalam setahun akan membuat tanaman lebih bahagia dan memungkinkan ekosistem mendukung lebih banyak vegetasi," katanya, dilansir earth.com, Minggu (14/4)
Sementara, tanaman di daerah curah hujan sedang, seperti Amerika Serikat bagian barat tengah dinilai rentan terhadap perubahan. Perubahan curah hujan bisa berdampak pada perubahan fungsionalnya.
Secara keseluruhan, studi memperlihatkan, 42% kasus menunjukkan tanaman mengalami kesulitan dalam kondisi curah hujan baru. Sementara, 35% lainnya menunjukkan perbaikan, dan 23% persen lainnya tidak mengalami perubahan.
Gambaran ini menggarisbawahi kompleksitas respons tanaman terhadap variabilitas curah hujan. Variabilitas ini merupakan faktor penting yang memengaruhi segala hal, mulai dari hasil panen hingga penyerapan karbon yang dihasilkan aktivitas manusia.
Baca juga:
cuaca-ekstrem/685" target="_self" title="Pasar Gandum AS 'Bertahan' dari Badai Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem">Pasar Gandum AS 'Bertahan' dari Badai Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem
"Tanaman bertanggung jawab atas fluks karbon terbesar di lahan global. Memahami bagaimana tanaman merespons variabilitas curah hujan harian sangat penting, karena hal ini mempengaruhi produktivitas pertanian dan kemampuan planet kita menyerap karbon," terang Feldman.
Karenanya, tim peneliti bersama para ahli dari Universitas Minnesota, Universitas Negeri Montana, Universitas Stanford, Universita Negeri Colorado, Departemen Pertanian AS, dan Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, terus memperluas penelitian ini.
Mereka mempersiapkan analisis global untuk memeriksa bagaimana tanaman merespons curah hujan yang intens dan sporadis melalui pengukuran satelit.
Feldman dan rekannya bertujuan untuk mengidentifikasi frekuensi curah hujan optimal yang dapat memaksimalkan fotosintesi dan pertumbuhan tanaman.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar