logo loading

Green News

Perempuan dan Anak-anak Paling Sengsara saat Bencana Kekeringan

UN menyebut perempuan dan anak-anak menjadi penanggung jawab pengumpul air di daerah pedesaan dan kawasan kumuh.

 Kamis, 28 Maret 2024

United Nation (UN) menekankan perempuan dan anak-anak merupakan kelompok rentan yang paling terdampak jika bencana kekeringan melanda. (PIXABAY).


Mataram. United Nation (UN) menekankan perempuan dan anak-anak merupakan kelompok rentan yang paling terdampak jika bencana kekeringan melanda. Terutama, apabila bencana kekeringan menyerang daerah rural yang marginal seperti pedesaan dan kawasan kumuh.

Kerja sama yang lebih baik terkait akses air bersih akan berperan dalam meningkatkan kehidupan perempuan dan anak perempuan. Sebab, di daerah miskin, kelompok inilah yang menjadi penanggung jawab utama dalam pengumpulan air.

“Seiring dengan meningkatnya kekurangan air, risiko konflik lokal atau regional juga meningkat. Pesan Unesco jelas: jika kita ingin menjaga perdamaian, kita harus bertindak cepat, tidak hanya untuk menjaga sumber daya air tetapi juga untuk meningkatkan kerja sama regional dan global di bidang ini," ujar Direktur Jenderal Unesco Audrey Azoulay dikutip dari The Guardian, Senin (25/3).

Berdasarkan laporan terbaru dari UN World Water Development, tekanan terhadap sumber daya air, yang diperburuk oleh krisis iklim, serta penggunaan berlebihan dan pencemaran sistem air tawar dunia, merupakan sumber konflik yang laten.

Para penulis laporan ini menemukan dampak dari pembagian air, dan kemungkinan memanfaatkan kerja sama sumber daya air ke dalam strategi perdamaian yang lebih luas, sering kali diabaikan.

Salah satu contoh nyata terjadi pada konflik antara Israel dan Hamas di Gaza di mana para pengamat menuduh Israel menggunakan akses terhadap air bersih sebagai senjata.

Karena Gaza bergantung pada Israel untuk sebagian besar pasokan airnya, berakibat ratusan ribu anak-anak berada dalam kondisi kelaparan parah atau hampir kelaparan di Gaza. Sementara, kekurangan air bersih meningkatkan rasa haus serta mengganggu perawatan medis dan kebersihan.

Karenanya, pengelolaan air merupakan kunci bagi pemerataan dan pembangunan yang berkeadilan. “Air, jika dikelola secara berkelanjutan dan adil, dapat menjadi sumber perdamaian dan kesejahteraan. Pertanian juga merupakan sumber kehidupan pertanian, pendorong utama sosio-ekonomi bagi miliaran orang,” ujar Presiden Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian yang juga ketua UN-Water Alvaro Lario.

Pada 2022, sekitar setengah populasi dunia mengalami kelangkaan air yang parah setidaknya selama sebagian tahun dan antara 2002 dan 2021 kekeringan menimpa lebih dari 1,4 miliar orang.

Dampak dari kekurangan air dan ketegangan atas air termasuk migrasi paksa, kerawanan pangan dan ancaman kesehatan lainnya serta bahaya tertentu bagi perempuan dan anak perempuan, demikian temuan laporan tersebut.

UN Water juga menemukan saat ini hampir separuh populasi dunia tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang higienis. Sekitar 2,2 miliar orang tidak dapat mengandalkan pasokan air minum yang aman.

Tingkat kebutuhan yang tidak terpenuhi di seluruh dunia telah meningkat secara signifikan selama dua dekade terakhir, meskipun telah ditargetkan sebagai salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan PBB pada 2030.

Menurut temuan awal dari laporan terbesar mengenai air dunia, jika tren ini terus berlanjut, kekurangan air kemungkinan besar akan berdampak pada lebih banyak orang di masa depan. Permintaan air tawar global akan melebihi pasokan hingga 40% pada akhir dekade ini.


Wartawan : Fathia Nurul Haq

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar