Green News
PBB Beri Peringatan Keras, Penyu hingga Hiu Terancam Punah
PBB menemukan spesies yang bermigrasi berisiko punah karena terancam oleh polusi manusia dan krisis iklim.
Senin, 26 Februari 2024
Ilustrasi. Penyu, kelelawar buah, hingga ikan-ikan nomaden seperti paus bungkuk, hiu, dan ikan sturgeon termasuk dalam hewan yang terancam punah. (Pexels/Belle Co)
Mataram. PBB memperingatkan, satu dari lima hewan dilindungi yang hidup bermigrasi terancam punah. Penyu, kelelawar buah, hingga ikan-ikan nomaden seperti paus bungkuk, hiu, dan ikan sturgeon termasuk di antaranya.
Laporan terbaru Konvensi Konservasi Spesies Hewan Liar yang Bermigrasi (CMS) menemukan bahwa spesies-spesies yang bermigrasi berisiko punah karena terancam oleh polusi manusia, penyebaran spesies invasif, dan krisis iklim.
"Tren peningkatan risiko kepunahan merupakan penyebab kekhawatiran yang besar, tetapi ada banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi penurunan tersebut,” ujar Sekretaris Eksekutif Amy Fraenkel seperti dikutip The Guardian, Jumat (23/2).
Baca juga:
Hewan yang Bisa ‘Meramal’ Cuaca
Konvensi perlindungan terhadap hewan bermigrasi mencakup spesies yang memerlukan koordinasi internasional untuk melindungi kelangsungan hidup mereka. Berdasarkan data yang dihimpun The Guardian, terdapat 399 spesies migrasi lain yang belum terdaftar dalam konvensi tersebut juga berada pada ambang kepunahan.
Menurut data CMS, 22% dari 1.189 spesies dilindungi yang terdaftar dalam database organisas terancam punah. Hampir separuh dari populasi tersebut, yakni 44% mengalami penurunan populasi akibat kehilangan habitat dan eksploitasi berlebihan.
Spesies yang hampir punah, di antaranya adalah gorila dan penyu. Sementara itu, beberapa jenis kelelawar dan belut Eropa mengalami penurunan populasi. Tak ketinggalan juga burung pelikan Dalmatian yang populasinya ikut turun drastis.
“Ada banyak hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi penyebab perubahan lingkungan, seperti pertanian yang merusak habitat dan perluasan kota. Kita juga harus memperhatikan jalur kereta api, jalan raya dan pagar,” kara Fraenkel.
Fraenkel mengatakan bahwa spesies yang bermigrasi memerlukan konektivitas ekologis seperti lokasi tertentu untuk berkembang biak, mencari makan, dan melakukan perjalanan. Jika lokasi tersebut tidak dapat diakses atau tidak ada lagi, maka hal tersebut akan merugikan mereka.
Wartawan : Fathia Nurul Haq
Komentar