logo loading

Green News

Lebih Dari 30 Ribu Titik Kebakaran Hutan di Venezuela Gegara Perubahan Iklim

Peneliti menyebut kondisi ini disebabkan kekeringan akibat perubahan iklim dan badai El Nino.

 Jumat, 05 April 2024

Ilustrasi. Peneliti menyebut kebakaran hutan di Venezuela disebabkan kekeringan akibat perubahan iklim dan badai El Nino. (PEXELS/Cotton Bro).


Mataram. Data satelit yang dirilis oleh Badan Penelitian Inpe Brazil menunjukkan akumulasi titik api di Venezuela sepanjang Januari hingga Maret 2024 mencapai 30.200 titik api. Para ilmuwan berpendapat bahwa kondisi ini disebabkan oleh kekeringan akibat perubahan iklim dan badai El Nino.

“Semuanya menunjukkan bahwa kita akan melihat peristiwa kebakaran dahsyat lainnya, kebakaran besar yang ukuran dan tingginya sangat besar,” terang Peneliti Kebakaran di Universitas Oxford Manoela Machado kepada CNN, Selasa (2/4).

Titik api tersebar di seluruh wilayah Venezuela, termasuk Venezuela Selatan yang mencakup wilayah hutan Amazon. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi sejak 1999, di mana Venezuela mulai mencatat data titik api dari pantauan satelit untuk pertama kalinya.

NASA mencatat sepanjang Maret, titik api di kawasan selatan Amazon yang masuk dalam wilayah Venezuela mencapai 5.690 titik api aktif. Lebih dari separuh total titik api di hutan Amazon secara keseluruhan, yang terbagi atas wilayah yurisdiksi sembilan negara, termasuk dalam wilayah Venezuela.

“Saya terkejut, bahkan khawatir, dengan kebakaran ini. Saya belum pernah melihat kebakaran sebesar ini dan kerusakan lingkungan sebesar ini,” kata Carlos Carruido Perez, yang tinggal di dekat Taman Nasional Henri Pittier.

Para peneliti mengidentifikasi penyebab kebakaran memang terkait dengan aktivitas manusia. Tetapi, aktivitas penyebab kebakaran telah dilakukan warga setempat sejak dahulu kala.

Tahun ini menjadi tahun terburuk sepanjang sejarah rekam jejak titik api di Venezuela, Sebab, aktivitas pembakaran hutan itu dibarengi oleh kekeringan. "Venezuela dan Roraima hanya mengalami 10% hingga 25% dari tingkat curah hujan normal dalam 30 hingga 90 hari terakhir," ungkap Michael Coe, Direktur Program Tropis di Woodwell Climate Research Center yang berbasis di Amerika Serikat.

Tak hanya kawasan Gunung Roraima, Insinyur Kehutanan dan Pensiunan di Universidad de Los Andes di Merida Jose Rafael Lozada menyebut luasan salah satu wilayah yang terbakar di Kota Uverito bahkan mencapai 360 kilometer persegi atau sekitar enam kali luas Manhattan.

“Orang-orang juga melakukan pembakaran yang sama, namun kekeringan yang terjadi lebih ekstrem. Vegetasinya lebih kering, hujan jarang turun, dan kita melihat konsekuensinya: luka bakar kecil bisa berubah menjadi kebakaran besar,” tutur Lozada.

Di sisi lain, kekeringan telah mengubah kehidupan di hutan hujan terbesar di dunia, Amazon karena permukaan sungai mencapai titik terendah. Akibatnya, sejumlah lumba-lumba dilindungi yang hidup di sana terancam punah dan perahu yang membawa makanan dan obat-obatan sulit untuk melintas.

Pemerintah Venezuela sendiri terkesan kurang menanggapi serius masalah kekeringan dan kebakaran hutan di negaranya. “Petugas pemadam kebakaran harus melakukan keajaiban untuk dapat memadamkan api tanpa peralatan.” pungkas Pemimpin Serikat Pekerja di perusahaan kehutanan milik negara Maderas del Orinoco William Lopez.


Wartawan : Fathia Nurul Haq

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler