Gen Z, simak deh hasil survei AmeriSpeak Omnibus yang dilakukan pada tahun 2021. Survei ini mengungkapkan bahwa mayoritas orang dewasa di Amerika menilai kebakaran hutan dan cuaca panas sebagai dampak dari perubahan iklim, dibandingkan dengan fenomena alam lainnya seperti angin topan, banjir, atau tornado.

Dilansir dari laman earth.com pada hari Selasa (18/6), tujuan dari survei ini adalah untuk memahami bagaimana masyarakat mempersepsikan cuaca ekstrem dan kaitannya dengan perubahan iklim akibat ulah tangan manusia.

Berbagai aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan industrialisasi disebut-sebut sebagai faktor utama kenaikan kadar gas rumah kaca di atmosfer yang berujung pada perubahan iklim.

Hasilnya, sebanyak 83% dari responden meyakini tentang adanya hubungan langsung antara cuaca ekstrem dengan perubahan iklim yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Sementara itu, sisanya, yaitu 17%, ragu akan keterkaitan antara dua hal tersebut, mengacu pada jurnal Springer berjudul ‘Comparing public and scientific extreme event attribution to climate change’ yang dirilis pada Selasa (18/6).

Lebih rinci, lebih dari 47% responden ‘yakin’ atau ‘sangat yakin’ bahwa peningkatan kebakaran hutan berkaitan erat dengan perubahan iklim. Sedangkan, sekitar 42% responden memiliki keyakinan serupa terhadap hubungan panas ekstrem sebagai indikator dari perubahan iklim.

Faktor-faktor seperti perbedaan pandangan politik, ras, tingkat pendidikan, dan pendapatan berpengaruh terhadap variasi jawaban responden. Umumnya, kondisi panas dan kering dianggap sebagai kontributor terhadap memburuknya situasi kebakaran hutan di tengah perubahan iklim.

Oleh karena itu, para peneliti menegaskan pentingnya meningkatkan pemahaman dan persepsi masyarakat mengenai cuaca ekstrem dan perubahan iklim untuk memaksimalkan upaya-upaya mitigasi. Langkah yang tepat diharapkan dapat memberikan perbedaan yang signifikan.