Green News
Gawat Nih! Suhu Panas Cetak Rekor 10 Bulan Berturut-turut
Suhu panas pada Maret lalu 0,1 C lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Jumat, 12 April 2024
Ilustrasi. Ilmuwan iklim memperingatakan suhu panas mencetak rekor 10 bulan berturut-turut dalam setahun terakhir. (PEXELS/Invisible Power).
Denpasar. Para ilmuwan iklim memperingatkan suhu panas mencetak rekor 10 bulan berturut-turut dalam setahun terakhir. Kondisi ini membuat ilmuwan iklim menggaruk-garuk kepala.
Pasarnya, jika anomali suhu panas tidak berangsur stabil hingga Agustus nanti, mereka khawatir dunia akan berada dalam wilayah yang belum pernah dipetakan sebelumnya. Ilmuwan iklim berharap kondisi ini dipicu El Nino, bukan gejala kesehatan planet yang memburuk.
Pada Maret 2024, suhu permukaan global 0,1 C lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan 1,68 C lebih tinggi dari rata-rata industri berdasarkan data yang dirilis Copernicus Climate Change Service.
Selama 12 bulan terakhir, suhu rata-rata global berada pada 1,58 C atau di atas suhu pra-industri. Angka ini melebihi target Perjanjian Paris. Memang sih, belum melanggar, kecuali tren suhu panas ini berlanjut dalam skala 10 tahun.
Kantor Meteorologi Inggris juga sebelumnya memperkirakan target 1,5 C dapat terlewati dalam jangka waktu satu tahun. Sementara, organisasi pemantau iklim terkemuka lain menyebut tingkat pemanasan saat ini masih dalam batas yang diantisipasi oleh model komputer.
Namun, perlu diingat, peningkatan panas yang tajam selama setahun terakhir telah mengejutkan banyak ilmuwan dan memicu kekhawatiran tentang kemungkinan percepatan pemanasan.
Diana Ürge-Vorsatz, salah satu Wakil Ketua Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB, mengatakan bahwa planet bumi telah mengalami pemanasan dengan kecepatan 0,3 C per dekade selama 15 tahun terakhir. Angka itu nyaris dua kali lipat dari 0,18 C per dekade, tren sejak 1970-an.
"Apakah ini berada dalam kisaran variabilitas iklim atau sinyal percepatan pemanasan? Kekhawatiran saya adalah mungkin akan terlambat jika kita hanya menunggu untuk melihatnya," ujarnya mengutip the Guardian, Rabu (10/4).
Gavin Schmidt, Direktur Institut Studi Luar Angkasa Goddard NASA menambahkan bahwa ia mencatat rekor suhu panas dipecahkan setiap bulan hingga 0,2 C. "Sungguh, sedikit mengkhawatirkan untuk mengakui tidak ada tahun yang lebih kacau dari prediksi para ilmuwan iklim tahun lalu," terang dia.
Ia memperkirakan kemungkinan penyebab anomali suhu, yakni El Nino, berkurangnya pendinginan partikel sulfur dioksida karena pengendalian polusi, dampak letusan gunung berapi HUnga Tonga-Hunga Ha'apai pada Januari 2022 di Tonga, serta peningkatan aktivitas matahari di Tonga.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar