Green News
Lawak Nih! Eropa Mau Nol Emisi Tapi Jor-joran Danai Peternakan
Sebagian besar anggaran Eropa digunakan untuk mendanai peternakan.
Senin, 08 April 2024
Uni Eropa mendanai peternakan empat kali lipat lebih banyak dibanding penghijauan. Padahal, benua biru ini menargetkan nol emisi. (PEXELS/Mark Stebnicki).
Denpasar. Uni Eropa menargetkan nol emisi. Tetapi, penelitian terbaru mengungkap Uni Eropa jor-joran mendanai peternakan hingga empat kali lipat dibanding penghijauan.
Lebih dari 80% dana publik yang diberikan kepada petani melalui Kebijakan Pertanian Bersama (CAP) Uni Eropa digunakan untuk produk hewani pada 2013 lalu. Studi dari Nature Food menilai pendanaan tersebut berdampak buruk terhadap lingkungan.
Mengutip the Guardian, Jumat (5/4), mempertimbangkan pakan ternak menggandakan subsidi yang terkandung dalam satu kilogram daging sapi, daging dengan jejak lingkungan terbesar, dari 0,71 euro (Rp 12.236) menjadi 1,42 euro (Rp 24.473).
Uni Eropa telah menghabiskan hampir sepertiga dari seluruh anggarannya untuk subsidi CAP. Padahal, mereka berencana menjadikan Eropa sebagai benua netral iklim pertama pada 2050.
“Namun, sebagian besar (anggaran) itu digunakan untuk produk-produk yang mendorong kita ke ambang kehancuran,” ujar Paul Behrens, Peneliti Perubahan Lingkungan di Leiden University dan salah satu Penulis penelitian tersebut.
Sistem subsidi, yang memberikan lebih banyak dana kepada peternakan yang menempati lahan lebih luas, menghasilkan dampak negatif bagi transisi pangan. Pasalnya, ternak membutuhkan lebih banyak ruang dibandingkan tanaman.
Ternak juga diberi pakan tidak efisien berupa tanaman yang sebenarnya dapat dikonsumsi langsung oleh manusia. Untuk menghasilkan jumlah protein yang sama, daging sapi membutuhkan lahan 20 kali lebih banyak daripada kacang-kacangan dan 35 kali lebih banyak dibanding biji-bijian.
Behrens mengatakan kelambanan politik mengakibatkan Uni Eropa mempertahankan sistem ini di tengah krisis lingkungan. “Kita justru memberikan insentif pada skenario terburuk,” tandasnya.
Wartawan : Ronatal Siahaan
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar