Green News
Energi Hijau Dongkrak Ekonomi China, Investasi Tokcer 40 Persen
Rabu, 31 Januari 2024
Ilustrasi. Energi hijau berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi China di sepanjang tahun lalu. (PEXELS/Sabel Blanco).
Mataram. Energi hijau berkontribusi sebesar 1,6 miliar dolar AS terhadap perekonomian China sepanjang 2023 lalu.
Raihan ini terungkap pada hasil analisis berdasarkan angka resmi dan data industri yang dilakukan oleh Lead analyst at the Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) Lauri Myllyvirta.
“Berdasarkan angka resmi, data industri, dan laporan analis, tergambar lonjakan besar dalam investasi energi ramah lingkungan di China pada tahun lalu," terang Myllyvirta dalam laporan tersebut, dikutip dari Carbon Brief, Selasa (30/1).
China memfokuskan investasi energi hijau pada tiga industri energi baru terbarukan, yakni industri tenaga surya, listrik, kendaraan listrik (EV) dan baterai mobil listrik.
Sebagai bentuk keseriusannya, China meningkatkan investasi energi hijaunya sebesar 40 persen secara tahunan menjadi 6,3 triliun yuan atau sekitar 890 miliar dolar AS. Pada 2022 lalu, total investasi hijaunya hanya 4,6 triliun yuan.
Analisis Myllyvirta menunjukkan China berinvestasi sebesar 1,7 triliun yuan, naik 48 persen secara tahunan untuk pembangkit listrik dan peningkatan kapasitas penyimpanan energi.
Sementara itu, investasi pada kapasitas produksi tenaga surya, kendaraan listrik, dan baterai mencapai 2,5 triliun yuan, tumbuh 60 persen secara tahunan.
Investasi pada infrastruktur energi ramah lingkungan mencapai 1,4 triliun yuan, naik 9 persen. Investasi ini terdiri dari jaringan listrik, titik pengisian kendaraan listrik, dan jalur kereta api, serta investasi pada efisiensi energi yang mencapai 600 miliar yuan.
Komitmen China terhadap investasi hijau yang berkelanjutan, menurut Myllyvirta, berbuah manis. Kontribusi sektor energi hijau terhadap total pertumbuhan ekonomi China tahun lalu mencapai 40 persen. Sektor itu sendiri tumbuh 30 persen secara tahunan.
Tanpa kontribusi ekonomi hijau, Myllvirta mengestimasikan pertumbuhan China hanya mencapai 3 persen.
"Tanpa pertumbuhan dari sektor energi ramah lingkungan, PDB China tidak akan mencapai target pertumbuhan pemerintah, yaitu sekitar 5 persen, atau hanya meningkat sebesar 3,0 persen," imbuh dia.
Lonjakan kontribusi energi hijau di China ini berhasil menggusur posisi sektor properti yang semula menjadi lokomotif utama pertumbuhan.
Myllvirta menguraikan imbas dari derasnya laju pertumbuhan energi hijau tersebut membuat perhatian pemerintah China terhadap sektor ini semakin besar.
China berpeluang menjadi pemeran utama dalam memimpin transisi ekonomi menjadi ekonomi hijau dengan investasi teknologi berbasis energi ramah lingkungan.
Wartawan : Fathia Nurul Haq
Komentar