logo loading

Green Lifestyle

Celana Jin Pencemar Lingkungan, Memakainya Setara Emisi Berkendara 9,6 KM

Celana jin fast fashion umumnya murah dan tidak tahan lama.

 Kamis, 11 April 2024

Ilmuwan menyebut emisi karbon celana jin sama buruknya dengan berkendara sejauh 9,6 kilometer dengan bahan bakar fosil. (PEXELS/Mica Asato).


Denpasar. Para ilmuwan menerangkan hanya dengan mengenakan celana jin fast fashion sama buruknya dengan emisi yang dihasilkan dari berkendara sejauh enam mil setara 9,6 kilometer dengan bahan bakar fosil. Iya, celana jin ternyata pencemar lingkungan.

Para peneliti di Universitas Teknologi Guangdong melacak dampak lingkungan dari celana jin, mulai dari kapas yang digunakan hingga ke tempat pembuangan sampah.

Hasilnya cukup mengejutkan, yaitu umur celana jin fast fashion sangat pendek, imbasnya terhadap lingkungan sangat besar dibanding celana jin tradisional yang umurnya lebih panjang. Celana jin fast fashion diyakini berkualitas rendah dan sekadar mengikuti tren.

Bahkan, setiap kali produk fast fashion diproduksi dan diangkut, tidak hanya celana jin, produk tersebut menghasilkan karbon dioksida (CO2) sebesar 2,5 kilogram atau 11 kali lebih besar dibandingkan celana jin tradisional.

Hal itu dikarenakan produsen fast fashion mengandalkan praktik tidak berkelanjutan demi menjaga harga tetap murah.

Bahan celana jin berkualitas rendah dipercaya terbuat dari kain sintesis, dengan produksi bahan bakar fosil, sehingga menambah polusi. Bahannya cepat aus, sehingga siklus penggantiannya menjadi lebih cepat dibanding celana jin tradisional.

Tidak cuma itu, peneliti meyakini tenaga kerja yang digunakan untuk produk fast fashion pun hasil eksploitasi pekerja di pabrik-pabrik negara menengah dan ke bawah dengan harga tenaga kerja murah. Produsen fast fashion juga kerap mengirimkan pakaian lewat jalur udara ketimbang laut, sehingga menghasilkan lebih banyak emisi.

Sementara itu, celana jin tradisional berkualitas tinggi, dengan pemakaian lebih lama. Bahannya terbuat dari bahan yang lebih tahan lama terhadap pencucian dan intensitas pemakaian tinggi. Celana jin tradisional juga kerap menonjolkan gaya klasik yang tidak ketinggalan zaman.

"Potensi produksinya beretika dan berkelanjutan, dengan pilihan bahan, seperti kapas organik, Makanya harganya pun lebih tinggi," ujar Ya Zhou, penulis utama studi tersebut, dilansir earth.com, Selasa (8/4).

Fast fashion, lanjut Ya, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lebih banyak dan cepat. Dengan tren yang cepat berubah, siklus produksi yang sangat cepat, dan sensasi media sosial. "Tren fesyen mendorong orang untuk sering membeli pakaian dan menggunakan dalam waktu singkat agar tetap mengikuti tren," jelasnya.

Karena konsumsi berlebihan terhadap produk fesyen, akibatnya peningkatan signifikan dalam konsumsi sumber daya dan energi di industri pakaian. Dengan menjaga harga tetap rendah pula, fast fashion membuat keputusan belanja seolah-olah tidak penting. Sederhananya, lebih baik membeli tiga kaus murah ketimbang satu kaus berkualitas.

Masalahnya, kata Ya, tidak berakhir begitu saja dengan membuang barang-barang fast fashion.

Sebab, kenyataannya, sebagian besar pakaian ini tidak bisa didaur ulang, juga tidak terurai secara alami karena komposisi sintesisnya.

Sebaliknya, hal ini menjadi masalah bagi negara-negara yang terbebani dengan banyaknya pakaian bekas yang tidak dapat mereka kelola, sehingga menimbulkan ancaman bahaya kesehatan dan lingkungan yang terus berlanjut.


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler