Green News
Salut, Perdagangan Berkelanjutan di Inggris Tetap Moncer di Tengah Krisis
Meski ekonomi menantang, konsumen tetap mempertimbangkan perdagangan yang etis.
Senin, 08 April 2024
Di tengah krisis biaya hidup, konsumen di Inggris tetap memprioritaskan perdagangan berkelanjutan (fair trade). (PEXELS/Cottonbro Studio).
Denpasar. Analisis data terbaru mengungkapkan perdagangan berkelanjutan (fair trade) tetap moncer di tengah krisis biaya hidup yang dialami Inggris.
Meski tantangan ekonomi melanda negara, konsumen tetap memprioritaskan keberlanjutan dan pertimbangan etis dalam kebiasaan pembelian mereka.
Melansir the Guardian, Jumat (5/4), tren ini mencerminkan kesadaran konsumen yang semakin meningkat dan komitmen terhadap tanggung jawab lingkungan dan sosial di kalangan pembeli di Inggris. Bahkan, di tengah keterbatasan keuangan.
“2023 merupakan waktu yang sangat menantang bagi perekonomian Inggris, dengan kelangkaan rantai pasokan setelah pandemi, inflasi yang sangat tinggi, dan krisis biaya hidup yang mempengaruhi kita semua,” kata Michael Gidney, Kepala Eksekutif Fairtrade Foundation.
Tahun lalu, Fairtrade mendesak pembeli untuk terus membeli produk yang disertifikasi di tengah ketakutan tentang ‘perlombaan ke bawah’ ketika warga Inggris tengah berjuang mencari cara untuk menghemat uang selama biaya hidup krisis.
Sekadar informasi, label FairTrade menjamin bahwa produsen mendapatkan harga minimum yang ditetapkan dan bonus keuangan untuk proyek-proyek komunitas.
Lebih lanjut, volume penjualan ritel secara keseluruhan di Inggris telah anjlok saat inflasi melesat ke tingkat tertinggi sejak 1981, mencapai puncak 11,1% pada Oktober 2022. Hal ini disebabkan tagihan energi rumah tangga dan harga makanan dan minuman melonjak.
Saat ini, inflasi telah turun kembali ke 3,4%, namun tetap tinggi secara histori. Inflasi yang lebih rendah juga tidak berarti harga turun, hanya naik kurang cepat.
Wartawan : Ronatal Siahaan
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar