Green News
BRIN Ungkap Alasan RI Selalu Impor Daging Sapi
BRIN menyebut rendahnya produktivitas sapi di dalam negeri karena sapi mengalami defisiensi mineral yang sangat tinggi.
Jumat, 15 Maret 2024
Ilustrasi. BRIN menyebut rendahnya produktivitas sapi di dalam negeri karena sapi mengalami defisiensi mineral yang sangat tinggi. (PEXELS/Jan Koetsier).
Denpasar. Pusat Riset Peternakan Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan lebih dari 80 persen peternak memberi pakan sapi berupa pakan hijauan dalam jumlah terbatas. Akibatnya, sapi mengalami defisiensi mineral yang sangat tinggi dan mengakibatkan pertumbuhan sapi menjadi kurang optimal.
“Defisiensi mineral merupakan salah satu penyebab masih rendahnya produktivitas sapi dalam negeri, sehingga pada 2022 masih harus impor daging sapi sebanyak 273 ribu ton,” ujar Kepala ORPP BRIN Puji Lestari, dikutip lewat keterangan resmi brin.go.id, Kamis (14/3).
Oleh karenanya, untuk mendorong pertumbuhan sapi, BRIN melakukan penelitian untuk mencukupi kebutuhan suplemen mineral ternak dan menghasilkan formula mineral blok yang dapat diperkaya dengan makroalgae (rumput laut) maupun herbal.
“Diharapkan, kolaborasi dari Pusat Riset Peternakan mendapat masukan terhadap kegiatan riset dan inovasi mineral blok yang telah dikembangkan selama ini guna mendukung peningkatan produksi daging sapi potong di Indonesia,” ungkapnya.
Kepala PR Peternakan ORPP BRIN Tri Puji Priyanto menuturkan penggunaan mineral blok merupakan teknologig delivery system yang sangat efektif untuk suplementasi mineral pada ternak ruminansia. Teknologi ini sesuai dengan perilaku ternak ruminan yang suka menjilat, sehingga mudah diaplikasikan untuk mengatasi defisiensi mineral.
“Mineral blok dapat menjadi sumber nutrisi ternak, seperti gula, protein, mineral, dan vitamin, untuk menyeimbangkan asupan makanan dan dapat meningkatkan fermentasi rumen serta memperlancar pencernaan dan penyerapan nutrisi. Suplementasi dalam mineral blok juga dapat meningkatkan produksi ternak, kesehatan dan imunitas, fungsi sistem pencernaan, metabolisme, dan kinerja reproduksi,” jelasnya.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Peternakan ORPP BRIN Gunawan menambahkan mineral blok berbentuk silinder dengan diameter 8,5 cm dan tinggi 12 cm, serta berat 1 kilogram. Satu buah mineral blok terdiri dari mineral blok nonfortifikais, fortifikasi makroalgae, dan fortifikasi herbal.
“Keunggulannya, yaitu praktis, efektif, efisien, dan murah karena mudah disajikan, dapat dikonsumsi oleh sapi setiap saat atau sesuai kebutuhan. Satu mineral blok seharga Rp 10 ribu dapat digunakan untuk satu ekor sapi dewasa selama 3-4 bulan,” katanya.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar