Green News
Bangkok Berisiko Tenggelam, Ibu Kota Thailand 'Dipaksa' Pindah
Perubahan iklim mengakibatkan kenaikan permukaan air laut yang mengancam Bangkok terendam.
Senin, 20 Mei 2024
Thailand terancam memindahkan ibu kota Bangkok karena kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim. (PEXELS/Ingo Joseph).
Denpasar. Pejabat Thailand memperingatkan perubahan iklim yang mengakibatkan kenaikan permukaan air laut bisa saja memaksa negaranya merelokasi ibu kotanya, Bangkok.
Pertimbangan itu bukan isapan jempol mengingat proyeksi Kantor Perubahan Iklim secara konsisten menunjukkan bahwa dataran rendah Bangkok berisiko terendam sebelum abad ini berakhir.
Sebagian besar daerah di ibu kota Thailand sudah berjuang mati-matina melawan banjir selama musim hujan. Pavich Kesavawong, Wakil Direktur Jenderal Departemen Perubahan Iklim dan Lingkungan mengatakan Bangkok mungkin tidak dapat beradaptasi dengan pemanasan global yang terjadi saat ini.
Baca juga:
Duh, Alpukat Terancam Krisis Iklim
"Saya pikir suhu bumi sudah melampaui 1,5 derajat Celcius. Sekarang, kami harus kembali dan memikirkan cara beradaptasi. Saya membayangkan Bangkok sudah terendam air jika kita tetap berada dalam situasi saat ini," katanya kepada AFP seperti dilansir CNA, Jumat (17/5).
Pemerintah Kota Bangkok sendiri sedang menjajaki langkah-langkah yang mencakup pembangunan tanggul, seperti yang digunakan di Belanda. Tetapi, pertimbangan baru datang, yaitu memindahkan ibu kota.
Kesavawong memastikan usul tersebut masih tahap diskusi dan bersifat hipotesis, mengingat permasalahannya yang kompleks. "Secara pribadi, itu pilihan yang baik. Sehingga, bisa memisahkan ibu kota, wilayah pemerintahan, dan bisnis," imbuh dia.
"Bangkok akan tetap menjadi ibu kota pemerintah, tetapi pusat bisnisnya dipindah," lanjutnya.
Kebijakan ini bukan tidak mungkin ditempuh. Indonesia, salah satu negara yang akan memindahkan ibu kotanya ke Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan.
Memang, langkah besar ini kontroversial karena biayanya sangat mahal. Diperkirakan memakan biaya US$32 miliar-US$35 miliar.
Thailand, lanjut Kesavawong, menderita dampak perubahan iklim di banyak sektor, mulai dari petani yang berjuang melawan panas dan kekeringan, hingga bisnis pariwisata yang terdampak pemutihan karang dan polusi.
Thailand sudah menutup beberapa taman nasional sebagai respons terhadap pemutihan karang baru-baru ini dan kemungkinan akan terus berlanjut. "Kita harus menyelamatkan alam. Kami akan melakukan apapun untuk melindungi sumber daya alam kami," tegasnya.
Namun, upaya pemerintahnya untuk mengatasi masalah polusi udara yang semakin meningkat, khususnya di wilayah utara Thailand, belum membuahkan hasil. "Sektor pertanian juga sangat menantang bagi kami," tandasnya.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar