Green News
DBD Permasalahan Kesehatan Dunia, Terutama di Negara Tropis
BRIN menyebut vektor utamanya, yaitu nyamuk aedes aegypti, bisa mentransmisikan beberapa penyakit lainnya.
Jumat, 17 Mei 2024
BRIN menyebut DBD jadi salah satu permasalahan penyakit dunia. Vektor utamanya, yaitu nyamuk aedes aegypti, bisa mentransmisikan beberapa penyakit lainnya. (Pixabay).
Denpasar. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu permasalahan kesehatan dunia, terutama di negara-negara tropis. Vektor utamanya, yaitu nyamuk aedes aegypti.
Spesies itu populer karena mentransmisikan beberapa penyakit lainnya, seperti chikungunya, yellow fever, dan zika. Di Indonesia, spesies ini ditemukan pada 1968 di Pulau Jawa dan situasinya hingga kini masih fluktuatif, meski sudah dilakukan pengendalian vektor dengan berbagai cara dan metode.
Peneliti Ahli Muda Kelompok Riset Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis pada Manusia Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN Beni Ernawan mengatakan secara prinsip, sebetulnya ada dua cara mengendalikan dengue.
Baca juga:
Nyamuk Beranak Pinak Akibat Perubahan Iklim
Pertama, desain vaksin atau obat. Kedua, pengendalian vektor atau nyamuk. Saat ini, vaksinasi masih dalam tahap uji-uji efikasi dari beberapa kandidat vaksin, mengingat vaksin belum digunakan secara luas.
"Komitmen dari semua stakeholder dan tentunya kami sebagai peneliti harus berkontribusi tentang pengembangan kajian metode yang efektif dalam mengendalikan dengue. Salah satunya, yaitu pengendalian teknik serangga mandul," kata Beni, dilansir brin.go.id, Rabu (15/5).
Teknik pengendalian serangga mandul, sambung dia, masih menjadi teknik yang sudah diimplementasikan sejak tahun 1950an di Benua Amerika. Tujuannya, untuk mengeliminasi parasit ternak cochliomyia hominivorax dengan merilis atau melepaskan jantan mandul.
Menurut Beni, hal itu debut dari keberhasilan TSM atau Sterile Insect Technique (SIT) pengendalian parasit ternak. Kemudian, dilakukan pengendalian untuk lalat buah di Pulau Okinawa, Jepang, selanjutnya lalat Tse-tse Glossina austeni di Tanzania, Afrika.
"Secara prinsip, SIT ini relatif mudah. Tapi, ini merupakan rangkaian tahapan pekerjaan yang banyak. Serangga harus direaring atau dipelihara secara massal di fasilitas tertentu. Kemudian dipisahkan jantan dan betinanya. Lalu, jantannya dimandulkan dengan energi pengion bisa dari gamma, x-ray atau yang lain," jelasnya.
Selanjutnya, sambung dia, jantan itu dibawa dan ditransportasikan ke area yang akan dituju. "Sehingga, jantan mandul tadi akan kawin dengan betina yang ada di alam. Hasil perkawinan itu, mereka bertelur tapi tidak menetas, sehingga populasinya akan turun," lanjut Beni.
TSM atau SIT ini adalah salah satu metode alternatif yang bisa dicoba untuk mengendalikan vektor dengue. Perlu diingat bahwa TAM ini bukan stand alone technique dan bukan teknik yang serba bisa. "Jadi, harus dikombinasikan dengan teknik lain," tutur Beni.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar