Green Culture
Bahaya Gelombang Panas Bagi Tubuh
Rabu, 31 Januari 2024
Para ahli sepakat gelombang panas membunuh lebih banyak orang dibandingkan bencana alam lainnya. (PIXABAY).
Denpasar. Para ahli sepakat menyebut gelombang panas membunuh lebih banyak orang dibandingkan bencana alam lainnya. Tidak hanya suhu panas di siang hari, tetapi juga suhu panas malam hari.
Seperti diketahui, tahun lalu adalah tahun terpanas dalam sejarah. Suhu rata-rata global pada 2023 lalu meningkat menjadi 1,5 C di atas suhu pra-industri dan selama dua hari pada November, bahkan suhu menyentuh 2 C. Dengan kondisi ini, maka akan terjadi gelombang panas yang lebih intens dan mematikan.
Pada 1844 dan 2010, misalnya. Gelombang panas telah menjadi bencana alam yang mematikan dan mengakibatkan lebih dari 5.300 warga Australia meninggal dunia. Angka itu belum termasuk suhu panas yang memecahkan rekor satu dekade terakhir.
Dilansir Guardian, Senin (29/1), para ahli berpendapat panas adalah pembunuh paling selektif. Mayoritas korbannya adalah mereka yang berusia lanjut (lansia) di atas 60 tahun dan orang-orang berusia di atas 85 tahun bahkan lebih berisiko lagi. Tidak hanya itu, orang hamil juga lebih berisiko terkena panas ekstrem.
Panas membunuh melalui dehidrasi, gagal jantung, dan fungsi organ. Ketika panas membuat manusia sangat berkeringat, para ahli memperkirakan keringat yang dikeluarkan tubuh manusia bisa mencapai setengah liter dalam satu jam.
Untuk menyuplai keringat, tubuh meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit dengan melebarkan kapiler kecil. Namun, aliran darah hanya sedikit. “Jantung harus menjaga semua pertimbangan tekanan darah, memasok otot, otak, dan semua organ lain. Artinya, jantung memompa lebih keras,” ujar Aaron Bach, Ahli Fisiologi Lingkungan di Griffith University Brisbane.
Bagi jantung yang sudah terganggu karena usia atau penyakit, sambung dia, hal itu tentu akan menyebabkan kerusakan kardiovaskular. Hilangnya cairan akibat keringat juga mempengaruhi kemampuan ginjal.
Lalu, fungsi usus juga terganggu karena berkurangnya aliran darah dan dehidrasi yang mengakibatkan usus melepaskan bakteri zat inflamasi ke dalam darah. Walhasil, bisa menyebabkan kegagalan fungsi organ.
Pada cuaca yang sangat panas, risiko terbesarnya adalah heatstroke. Suhu tubuh normalnya berkisar 36,5 C hingga 37,5 C. Namun, saat suhu mencapai 40,5 derajat, berarti tubuh dalam zona bahaya.
Hal ini bisa berupa keringat berlebih atau justru tidak ada keringat sama sekali yang keluar dari tubuh. Konsekuensinya, pusing, mual, disorientasi, dan yang terburuk adalah kehilangan kesadaran, kejang hingga mengarah pada kematian mendadak.
“Saat itulah Anda secara pasif membuang kelebihan panas di tubuh. Semakin sedikit tubuh Anda mampu melakukan itu, semakin terasa lebih panas keesokan harinya,” ungkap Profesor bidang Panas dan Kesehatan di Universitas Sydney Ollie Jay.
Wartawan : Gungsri Adisri
Komentar