logo loading

Green News

Badan Geologi Modernisasi 160 Alat Pemantauan Gunung Berapi

 Jumat, 26 Januari 2024

Ilustrasi. Badan Geologi Kementerian ESDM memodernisasi 160 unit alat-alat pemantauan gunung berapi di seluruh Indonesia. (PEXELS/Nick Wehrli).


Mataram. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memodernisasi 160 unit alat-alat pemantauan gunung berapi pada pos-pos pemantauan di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut merupakan total alat pemantauan yang dimodernisasi sepanjang tahun lalu.

"Modernisasi alat pada pos-pos pengamatan gunungapi ini merupakan arahan dari Menteri ESDM Arifin Tasrif untuk melengkapi personel yang kompeten dan tangguh yang dimiliki Badan Geologi demi menghasilkan data pemantauan yang akurat,” ujar Plt Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid melalui keterangan tertulis, Kamis (25/1).

Secara total, Badan Geologi telah melakukan moderenisasi 1.063 unit alat pantau, berikut dengan pengembangan pos pengamatan. Badan Geologi juga melakukan pemetaan kawasan rawan geologi sebagai bentuk mitigasi bencana.

Wafid mengelaborasi sepanjang tahun lalu, Badan Geologi menambah kelengkapan peta kerawanan bencana, yakni tambahan empat pemetaan Geologi Gunungapi (total 116 peta), tambahan dua pemetaan Kawasan Rawan Bencana Gunung Api (total 111 peta).

Kemudian, tambahan empat pemetaan Kawasan Rawan Bencana Gempa bumi (total 51 peta), tambahan lima pemetaan Kawasan Rawan Tsunami (total 58 peta), dan tambahan enam pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah (total 12 peta).

Badan Geologi juga membuat 16 peta rawan penurunan muka tanah, 12 peta zona rentan likuifaksi dan pemasangan 12 unit landslide early warning system.

"Kolaborasi yang telah kami lakukan dengan beberapa badan, antara lain dengan Badan Informasi Geospasial (BIG), BMKG dan BNPB dalam rangka percepatan layanan mitigasi bencana telah menghasilkan peta kawasan rawan bencana skala detai yakni 1:3.500. Kami menyadari bahwa kolaborasi dalam kegiatan penyelidikan sangat penting untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat," jelas Wafid.

Dalam keterangan terpisah, Arifin Tasrif menekankan pentingnya mengoptimalkan sistem pemindaian untuk menghindari kerugian yang lebih besar dari bencana geologi.

"Kami sedang berupaya untuk mengoptimalkan seluruh sistem-sistem pemindaian yang ada untuk dimodernisasi. Kami akan upgrade kemampuan personal-personal yang ada di sana dan meningkatkan koordinasi dengan pemerintah setempat untuk bisa mengantisipasi dan kerja sama apabila hal-hal yang mendesak perlu segera dilaksanakan,” terang Arifin.

Berdasarkan catatan Badan Geologi, sepanjang 2023 tercatat ada 251 kali gempa bumi tektonik berskala rendah dan 30 kali gempa merusak. Total korban jiwa dari bencana gempa bumi mencapai tujuh orang dan 24 orang luka-luka.

Sementara itu, tercatat ada 810 kejadian tanah bergerak dengan korban jiwa mencapai 140 orang, 65 luka-luka, dan 920 rumah rusak. 


Wartawan : Fathia Nurul Haq

Komentar

Terpopuler