Green News
Asia dan Pasifik Minim Ahli Data Perubahan Iklim
Tanpa data berkualitas tinggi, kebijakan perubahan iklim tidak tepat
Jumat, 23 Agustus 2024
Ilustrasi. Asia dan Pasifik minim ahli Data Perubahan Iklim
Jakarta. Tahukah kamu? para pembuat kebijakan di Asia dan Pasifik sedang menghadapi tantangan besar dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang mereka butuhkan untuk menangani perubahan iklim.
Kendala ini menghambat upaya penyelamatan di kawasan yang dianggap paling rentan terhadap dampak suhu panas bumi yang semakin ekstrem.
Sejumlah badan statistik nasional di kawasan Asia dan Pasifik menyatakan tidak punya staf yang memadai untuk menangani data iklim. Sebagian lain menyatakan tidak punya unit khusus yang menangani data iklim, demikian hasil survei terbaru yang dipublikasikan oleh situs Asian Development Bank (ADB) pada Kamis (22/8).
“Asia dan Pasifik berada di garda terdepan perang iklim,” kata Ekonom Kepala ADB Albert Park. Albert menambahkan, gelombang panas yang mematikan dan bencana banjir besar yang kita lihat beberapa bulan terakhir menunjukkan gentingnya keadaan. "Kita memerlukan data berkualitas tinggi dan kapasitas statistik yang kuat untuk menghindari titik-titik buta kebijakan dan memastikan bahwa strategi untuk mengatasi krisis iklim sudah berdasarkan informasi yang tepat," jelas dia.
Sebagian besar responden juga menyebutkan bahwa akses mereka ke jenis data granular geografis hanya pada taraf “cukup”, termasuk data tentang penyebab perubahan iklim, seperti penggunaan bahan bakar fosil dan emisi gas rumah kaca (GRK). Data penting mengenai dampak terhadap ekosistem, infrastruktur, daerah geografis khusus, dan ketahanan air juga masih minim.
Asal tahu saja, Asia dan Pasifik menyumbang lebih dari setengah emisi GRK global, dan mengalami dampak bencana dan risiko iklim lainnya yang lebih berat dibandingkan kawasan lain. Tanpa data berkualitas tinggi dan kemampuan untuk menganalisis data tersebut, para pembuat kebijakan di kawasan ini tidak dapat merancang langkah-langkah yang efektif dan tepat sasaran guna mengatasi penyebab dan dampak perubahan iklim, serta mengevaluasi efektivitas langkah tersebut.
Data Bank Dunia 2021 menyebutkan Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara dengan risiko iklim, baik banjir maupun panas ekstrem. Indonesia semakin rentan karena 65% penduduknya bermukim di wilayah pesisir. Bahkan, 80% bencana alam di Indonesia terjadi akibat perubahan iklim.
Wartawan : Akshara Abraham
Penulis : Akshara Abraham
Komentar