logo loading

Green Lifestyle

48% Pengguna Nyalakan AC 8-12 Jam Sehari, Tak Ramah Lingkungan!

Survei YLKI menyebut penggunaan AC tersebut juga membuat tagihan listrik menjadi lebih mahal.

 Kamis, 13 Juni 2024

Survei YLKI mengungkap 48% pengguna pendingin ruangan atau AC rata-rata menyalakan AC selama 8-12 jam sehari. (PEXELS/Max Vakhtbovcyn).


Jakarta. Survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkap 48% pengguna pendingin ruangan atau AC rata-rata menyalakan AC selama 8-12 jam sehari.

Pengurus Harian YLKI Sri Wahyuni menegaskan perilaku tersebut tidak ramah lingkungan. "Kondisi tersebut menjadi warning (peringatan) dari segi efisiensi energi, termasuk dampak ekonomi yang ditimbulkan pada skala rumah tangga," imbuhnya, dilansir Antara, awal pekan ini.

Pola perilaku penggunaan AC selama 8-12 jam sehari, terutama dengan temperatur di bawah 18 derajat celsius, sambung Sri, menjadi penyumbang gas emisi karbon.

Sementara, dampak ekonomisnya, yaitu tagihan penggunaan listrik menjadi lebih mahal dibandingkan jika konsumen dapat menghemat energi. Seharusnya, konsumen tidak menggunakan temperatur atau suhu sedingin itu, dengan penggunaan yang disarankan sebaiknya kurang dari 8 jam.

Berdasarkan survei, Sri menuturkan, rumah tangga tidak tahu cara menghemat listrik, baik dari sisi hitungan efisiensi energi maupun pengenalan alat-alat elektronik yang sudah menggunakan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) dan Label Tanda Hemat Energi (LTHE).

Sebagai gambaran, saat membeli AC, konsumen kebanyakan hanya mengejar harga yang murah. Namun, tidak memilih produk yang berlabel SKEM dan LTHE bertanda bintang dua hingga empat.

"Padahal, hal itu penting sebagai upaya melindungi konsumen dan untuk keberlanjutan penggunaan energi yang digunakan akan berdampak pada pembayaran tagihan listrik mereka per bulannya," terang Sri.

Karenanya, hal-hal tersebut masih perlu disosialisasikan, sehingga konsumen dapat mengetahui pentingnya budaya hemat energi.

Hal itu dilakukan untuk mendukung program konservasi energi yang ditargetkan oleh pemerintah mencapai nol emisi atau net zero emission pada 2060 mendatang.


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler