Green News
4,7 Juta Hewan Mati Karena Cuaca Dingin Ekstrem di Mongolia
Palang Merah Internasional (IFRC) memperingatkan cuaca ekstrem mengancam mata pencarian ribuan orang.
Rabu, 27 Maret 2024
Mongolia tengah mengalami musim dingin terparah dalam setengah abad terakhir dan telah membunuh lebih dari 4,7 juta hewan. (PEXELS/Atila Yumusakkaya).
Denpasar. Mongolia tengah mengalami musim dingin terparah dalam setengah abad terakhir. Cuaca ekstrem ini telah membunuh lebih dari 4,7 juta hewan.
Federasi Internasional Palang Merah (IFRC) memberi peringatan bahwa cuaca ekstrem ini mengancam mata pencarian dan pasokan makanan ribuan orang.
Mengutip CNN World, Selasa (26/3), kondisi parah ini dikenal sebagai dzud yang menandai penurunan suhu yang drastis, salju tebal, serta es yang menutupi area penggembalaan. Keadaan ini memutus akses hewan ternak terhadap makanan.
Baca juga:
Kate Winslet, Zoe Saldana dan Sigourney Weaver Foto di Bawah Air Kampanye Konservasi Laut
Lebih lanjut, sekitar 300 ribu orang di Mongolia merupakan penggembala nomaden tradisional dan bergantung pada ternak mereka, seperti sapi, kambing, dan kuda, untuk bahan makanan dan untuk dijual di pasar.
“Bagi mereka yang sepenuhnya bergantung pada ternak untuk bertahap hidup, mereka menjadi miskin hanya dalam beberapa bulan,” tutur Alexander Matheou, Direktur Regional IFRC untuk Asia Pasifik.
“Beberapa dari mereka sekarang tidak lagi mampu memberi makan diri mereka sendiri atau menghangatkan rumah mereka,” sambungnya.
Sejak November 2023, IFRC membeberkan setidaknya 2.250 keluarga penggembala telah kehilangan lebih dari 70% ternak mereka. Parahnya, lebih dari 7.000 keluarga saat ini tidak memiliki akses ke makanan yang cukup.
Dzud telah mempengaruhi tiga perempat wilayah Mongolia, namun kondisi diperkirakan memburuk seiring berlanjutnya musim dingin.
Wartawan : Ronatal Siahaan
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar