logo loading

Green News

Waspada Cuaca Ekstrem, Masuk Musim Pancaroba

BMKG memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem jelang peralihan musim pada Maret-April 2024.

 Rabu, 28 Februari 2024

BMKG memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem jelang peralihan musim atau pancaroba pada Maret-April 2024. (PEXELS/Johannes Plenio).


Denpasar. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem jelang peralihan musim atau pancaroba yang diperkirakan terjadi pada Maret-April 2024.

“Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, angin puting beliung, serta fenomena hujan es,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan resmi, dikutip Senin (26/2).

Berdasarkan analisis dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG, kata Dwikorita, saat ini puncak musim hujan sudah dilewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan. Hal ini mengindikasikan wilayah tersebut mulai memasuki peralihan musim.

Salah satu ciri peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga malam hari didahului udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

Hal itu terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer, sehingga memicu terbentuknya awan.

Karakteristik hujan pada periode ini cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat.

Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil, maka potensi pembentukan awan konvektif, seperti cumulonimbus (CB) akan meningkat. “Awan CB ini erat kaitannya dengan potensi kilat, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es,” jelasnya.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menuturkan berdasarkan monitoring yang dilakukan, terdapat beberapa fenomena atmosfer yang terpantau signifikan dan dapat memicu peningkatan curah hujan. Di antaranya, yaitu aktivitas Monsun Asia yang masih dominan.

Selanjutnya, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) pada kuadran 3 (Samudra Hindia bagian Timur) yang diprediksi memasuki wilayah pesisir barat pada beberapa pekan ke depan. Kemudian, aktivitas gelombang atmosfer di Indonesia bagian selatan, tengah, dan timur.

Lalu, aktivitas terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia bagian tengah dan selatan. “Seluruh fenomena atmosfer itu berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia,” kata Guswanto.


Wartawan : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler