Green News
Separuh Jurnalis yang Meliput Krisis Iklim Menerima Ancaman hingga Kekerasan Fisik
Jurnalis-jurnalis ini menjadi target oleh orang atau korporasi yang terlibat dalam aktivitas ilegal.
Selasa, 11 Juni 2024
Separuh jurnalis yang meliput krisis iklim menerima ancaman atas pekerjaan mereka. Bahkan, beberapa di antaranya mendapat kekerasan fisik. (PEXELS/Rene A Da Rin).
Denpasar. Separuh jurnalis yang meliput krisis iklim menerima ancaman atas pekerjaan mereka. Setidaknya, empat dari 10 jurnalis di seluruh dunia diancam, dengan 11% di antaranya mengalami kekerasan fisik.
Sebuah survei global terhadap lebih dari 740 reporter dan editor dari 102 negara menemukan 39% dari mereka yang terancam ‘kadang-kadang’ atau ‘sering’ menjadi target oleh orang-orang yang terlibat dalam aktivitas ilegal, seperti penebangan dan penambangan.
Melansir the Guardian, Senin (10/6), sekitar 30% mendapat ancaman dengan tindakan hukum. Trennya terus meningkat. Perusahaan dan pemerintah menggunakan sistem peradilan untuk membungkam kebebasan berbicara.
Survei global oleh Earth Journalism Network (EJN) dari Internews dan Universitas Deakin ini merupakan pengawasan pertama terhadap tantangan yang dihadapi oleh jurnalis yang meliput isu-isu yang mungkin dinilai paling mendesak, bahkan eksistensial di era sekarang.
Laporan ‘Covering the Planet’ meliputi wawancara mendalam dengan 74 jurnalis dari 31 negara terkait bantuan apa yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam melaporkan cuaca ekstrem, polusi plastik, kelangkaan air, dan penambangan.
Kebanyakan jurnalis itu mengatakan cerita tentang iklim dan lingkungan kini lebih menonjol dibandingkan dengan subjek lain, dibandingkan dengan satu dekade lalu. Namun, volume liputan krisis iklim masih belum sebanding dengan seriusnya masalah tersebut.
Wartawan : Ronatal Siahaan
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar