Green News
Realisasi Cofiring Belum Optimal, Baru 991 Ribu Ton Biomassa
Kamis, 25 Januari 2024
Ilustrasi. Kementerian ESDM menyebut realisasi program cofiring pada 2023 baru mencapai 991 ribu ton biomassa dari target 10,5 juta ton biomassa pada 2025. (PIXABAY).
Mataram. Pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan mencapai 23 persen pada 2025 nanti. Cofiring menjadi salah satu solusi untuk mencapai target tersebut tanpa kehilangan potensi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang memanfaatkan batu bara sebagai bahan baku produksinya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menguraikan realisasi program cofiring tahun lalu baru mencapai 991 ribu ton biomassa. Angka tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah, yakni 10,2 juta ton biomassa pada 2025.
"Realisasi program cofiring mencapai 991 ribu ton biomassa, menghasilkan 1,04 Terawatt Hour (TWh) green energy serta penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) 1,05 juta ton CO2e," imbuh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Jisman P Hutajulu dalam siaran pers, Kamis (18/1).
Capaian realisasi cofiring tahun lalu tersebut memang tumbuh signifikan, yakni 71 persen dibandingkan serapan biomassa tahun sebelumnya, yaitu sebesar 585 ribu ton. Namun, pemerintah harus mengakselerasi tingkat percepatan realisasi cofiring jika ingin targetnya tercapai pada 2025.
Tercatat, 43 PLTU yang tersebar di tanah air telah menyerap biomassa untuk cofiring. Sebanyak tujuh di antaranya baru menerapkan cofiring pada 2023 lalu, yakni PLTU Ombilin, PLTU Bengkayang, PLTU Holtekamp, PLTU Ampana, PLTU Tenayan, PLTU Tidore, dan PLTU Teluk Sirih.
Di samping itu, pemerintah malah menargetkan peningkatan penyerapan biomassa untuk cofiring sebesar 2,83 juta ton biomassa. Jumlah PLTU yang ditargetkan telah mengadopsi teknologi ini hanya bertambah 9 PLTU menjadi 52 PLTU. Target ini tentu kurang mengakomodir ambisi untuk meningkatkan bauran energi di tanah air.
Cofiring sendiri merupakan teknologi bauran energi yang mulai berkembang sejak 2021. Teknologi Cofiring merupakan sebuah terobosan dalam transisi energi di tanah air. Dengan teknologi ini, banyak manfaat yang didapatkan, selain pengurangan emisi juga akan mengurangi penggunaan energi fosil.
“Cofiring tidak hanya menghasilkan listrik andal, namun tetap murah bagi masyarakat. Lebih dari itu, co-firing juga mendorong perekonomian kerakyatan lewat keterlibatan langsung masyarakat dalam pengembangan biomassa," terang Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam keterangan terpisah.
Wartawan : Fathia Nurul Haq
Komentar