Green News
Lahan TPA Makin Sempit, BRIN Imbau Kurangi Sumber Sampah
BRIN meminta rumah tangga dan pelaku usaha mengurangi sampah.
Minggu, 24 Maret 2024
BRIN menilai urgensi pengurangan sampah dari sumbernya, baik di tingkat rumah tangga maupun pelaku usaha, karena lahan TPA semakin sempit. (PEXELS/Tom Fisk).
Jakarta. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Elfira Rosa Juningsih menilai urgensi pengurangan sampah dari sumbernya, baik di tingkat rumah tangga, pelaku usaha, maupun komunitas. Sebab, ia menyebut lahan tempat pembuangan akhir (TPA) semakin sempit, terutama di DKI Jakarta.
Ia menyoroti masalah ketersediaan lahan TPA yang semakin sempit dan kemampuan penampungan sampah yang semakin berkurang. “Karenanya, pengurangan sampah dari sumber merupakan hal yang sangat urgent. Rumah tangga, komunitas dan pelaku usaha didorong mengelola sampahnya,” ujarnya dilansir Antara, Jumat (22/3).
Ambil contoh, Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Tumpukan sampah menjulang hingga 50 meter dari DKI Jakarta.
Padahal, penduduki DKI Jakarta terus meningkat dalam 10 tahun terakhir dengan rata-rata 88 ribu jiwa setiap tahun yang akan dibarengi dengan peningkatan jumlah sampah.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023 mencatat 19,4 juta ton timbulan sampah.
Di antaranya 50,76 persen berhasil ditangani dan 65,92 persen terkelola. Tetapi, masih ada 34,08 persen sampah yang tidak terkelola.
Di DKI Jakarta sendiri, timbulan sampah tahunan mencapai 3,14 juta ton. “Dalam penelitian ini, kami menemukan perilaku warga untuk mengurangi dan memilah sampah masih banyak bergantung pada rasa kepedulian lingkungan setiap orang,” imbuh Elfira.
Oleh karenanya, sambung dia, faktor lingkungan sekitar individu berperan penting terhadap kepedulian warga mengenai upaya pengurangan sampah.
Wartawan : Akshara Abraham
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar