Green Lifestyle
Krisis Biaya Hidup, Penjualan Pakaian Bekas Diprediksi Melesat Tahun Depan
Penjualan pakaian bekas diprediksi mencapai 10 persen dari total penjualan fesyen global.
Senin, 01 April 2024
Penjualan pakaian bekas diperkirakan tembus 10 persen dari total penjualan fesyen global pada 2025 nanti, seiring dengan krisis biaya hidup. (PEXELS/Cottonbro Studio).
Denpasar. Penjualan pakaian bekas diperkirakan tembus 10 persen dari total penjualan fesyen global pada 2025 nanti, seiring dengan krisis biaya hidup.
Tahun lalu, penjualan pakaian bekas melonjak 18 persen menjadi US$197 miliar secara global dan diperkirakan tembus sekitar US$350 miliar pada 2028 berdasarkan laporan GlobalData.
Di Amerika Serikat (AS), pasar barang bekas tumbuh tujuh kali lebih cepat dibandingkan ritel fesyen secara keseluruhan yang tercatat stagnan pada 2023.
Pendiri dan CEO ThredUp James Reinhart menuturkan penjualan pakaian bekas tumbuh lebih tangguh di tengah pasar yang kurang bergairah akibat himpitan ekonomi rumah tangga, tagihan energi dan pangan yang lebih mahal.
“Sebab, ketika sentimen konsumen lebih lemah, harga adalah kuncinya. Orang-orang ingin berbelanja barang bekas untuk mendapatkan harga lebih murah,” ujarnya dikutip the Guardian, Jumat (28/3).
Menurut Reinhart, minat terhadap barang bekas tak terbatas pada konsumen muda yang mencari barang-barang modis, meskipun jumlah konsumen gen Z dan milenial meningkat 65 persen. Barang bekas juga disukai berbagai generasi.
Perbedaannya, kaum muda berburu barang bekas secara digital atau online. Sementara konsumen yang lebih tua cenderung membeli barang bekas ke toko amal atau butik khusus yang banyak tersedia di pinggir jalan raya.
Adapun, barang bekas segmen pakaian anak-anak tumbuh paling cepat dibandingkan yang lain.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar