Green Lifestyle
Jutaan Orang Kelaparan, Tapi 1 Miliar Makanan Terbuang Setiap Hari
Ironisnya, orang miskin membuang lebih banyak makanan daripada orang kaya.
Senin, 01 April 2024
PBB melaporkan lebih dari satu miliar ton makanan terbuang setiap hari. Padahal, 730 juta orang hidup kelaparan di seluruh dunia. (PEXELS/Christel Jensen).
Denpasar. Indeks Limbah Makanan PBB melaporkan lebih dari satu miliar ton makanan terbuang setiap hari, baik di negara-negara miskin maupun negara kaya. Padahal, 730 juta orang hidup kelaparan di seluruh dunia.
PBB menyebut seperlima makanan terbuang sia-sia dengan kerugian sekitar US$1 triliun per tahun. Kebiasaan buruk itu terjadi terkadang karena pemborosan atau perencanaan yang buruk. Terkadang, karena kurangnya akses terhadap pendingin atau penyimpanan.
Mengutip the Guardian, Jumat (29/3), rumah tangga bertanggung jawab atas sebagian besar sampah makanan di dunia, dengan porsi sekitar 60 persen dari 1 miliar ton makanan yang terbuang pada 2022. Diikuti jasa makanan yang berkontribusi 28 persen terhadap limbah makanan dan sektor ritel menyumbang 22 persen.
Angka-angka tersebut tidak termasuk tambahan 13 persen pangan yang hilang dalam rantai pasokan pangan, antara saat panen atau diperjual-belikan di pasar, yang sering kali disebabkan oleh pembusukan pangan.
Limbah makanan tersebut tidak hanya menyianyiakan sumber daya alam, tetapi juga menjadi penyumbang besar krisis iklim dan keanekaragaman hayati. Setidaknya, berkontribusi 10 persen terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) global.
Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB Inger Andersen mengatakan Program Aksi Limbah dan Sumber Daya (Wrap) di Inggris, menggambarkan limbah makanan sebagai tragedi global dan membandingkannya dengan fakta bahwa sepertiga masyarakat menghadapi kerawanan pangan.
“Jutaan orang kelaparan saat ini karena makanan terbuang sia-sia di seluruh dunia. Di samping dampak limbah makanan yang mengakibatkan kerugian besar terhadap iklim dan alam,” kata Andersen.
Menurut dia, hanya sedikit negara yang memiliki rencana untuk mengurangi limbah makanan dan sebagian besar negara telah gagal memasukkannya dalam proposal pengurangan emisi karbon.
PBB, sambung Andersen, kini mengantongi data dari lebih 100 negara yang membuat para peneliti dapat dengan pasti menyebutkan limbah makanan ialah masalah global, yang menimpa negara berkembang dan juga negara-negara kaya.
Bahkan, penelitian PBB mengungkap makanan yang dibuang banyak dilakukan oleh negara-negara dengan suhu panas. Hal ini mencerminkan waktu yang singkat bagi makanan untuk membusuk karena kurangnya akses terhadap pendingin.
Rumah tangga yang lebih miskin cenderung membuang makanan dengan jumlah lebih banyak daripada rumah tangga yang berpendapatan lebih tinggi. Setidaknya, mereka bertanggung jawab atas tujuh kilogram sampah makanan per orang kurang dari satu tahun dibanding rumah tangga yang lebih kaya.
CEO Wrap Harriet Lamb menyerukan agar setiap negara mengambil tindakan. “Baik itu kegiatan filantropis, bisnis, atawa pemerintahan. Setiap negara harus mendukung program-program yang mengatasi dampak besar pemborosan makanan terhadap ketahanan pangan, iklim, dan dompet kita,” jelasnya.
Di seluruh dunia, kata Lamb, sekitar 79 kg makanan terbuang dari setiap orang setiap tahunnya. Limbah makanan mulai berkurang hanya di beberapa negara, seperti Inggris, Australia, Indonesia, Meksiko, dan Afrika Selatan, sejak 2007 silam. Sementara Jepang berhasil mengurangi limbah makanannya hampir sepertiganya.
CEO Global FoodBanking Network Lisa Moon mendesak pengecer dan produsen makanan untuk bekerja lebih erat dengan bank makanan untuk mengurangi limbah, serta mengatasi krisis kelaparan dan biaya hidup. “Kita harus investasi dalam solusi berbasis masyarakat dan memajukan kebijakan limbah makanan lebih kuat,” katanya.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar