Denpasar. Sampah plastik telah menyebar ke daerah terpencil hingga Kutub Utara. Bukan hanya plastik besar, tetapi plastik kecil dan nano telah menyebar ke laut maupun darat. Ironisnya, satwa liar sering kali terperangkap dan tak sengaja memakan sampah.

Dikutip dari earth.com, Roma Tre University, mempelajari selama empat dekade mengenai konsumsi mikroplastik oleh burung laut. Wilayah kutub tidak lagi kebal terhadap polusi mikro dan nano plastik. Spesies burung mencari makan di laut merupakan awal indikator ekologi untuk polusi plastik.

Analisis dilakukan lebih dari 1.100 sampel dengan melakukan pemeriksaan terhadap mikroplastik di berbagai komponen, seperti isi perut, kantong tanaman, guano. Bahkan, pelet yang mengandung makanan tidak bisa dicerna serta partikel lainnya.

Para peneliti mengidentifikasi 13 spesies burung laut dari daerah kutub telah memakan mikroplastik. Spesies ini meliputi auks kecil, fulmars utara, camar glaucous, camar berparuh tebal, camar dagu putih, camar besar, camar jelaga, bahkan berbagai jenis penguin.

Studi tersebut mencatat seekor burung mengandung hingga 36 partikel mikroplastik. Komposisi yang termakan, seperti polimer, polietilena, dan polistirena. Komponen ini sering muncul sebagai pecahan barang plastik yang lebih besar.

Risiko serius bagi burung laut karena memakan mikroplastik, yaitu penyumbatan saluran pencernaan, efek toksik, dan gangguan pada kekebalan tubuh. Keberadaan mikroplastik pada makanan penguin, yaitu krill bisa membawa dampak ekologis yang luas dan mengganggu rantai makanan.

Penelitian ini menunjukkan perlu tindakan berkelanjutan untuk melindungi keanekaragaman di Kutub Utara dan Antartika dari ancaman pencemaran plastik yang semakin parah.